Sesungguhnya diantara letak pertanyaan dikalangan ikhwah kami adalah hukum sholat sunnah qobliyah jum’at yang dilaksanakan antara adzan pertama sebelum khotib menaiki mimbar dengan adzan kedua sesudah khotib salam diatas mimbar, maka kami berupaya dalam hal ini untuk memaparkan pendapat para ulama madzhab dalam hal ini berikut dalil masing – masing, semoga hal tersebut menjadi jawaban yang menenangkan wallohul muwaffiq.
Berkata Al Qodhi Al Mardawiy rohimahulloh : “ peringatan ; tekstual dari ucapan penulis [ Ibnu Qudamah ] bahwa tidak ada sunnah rotibah qobliyah jum’at, dan itu adalah shohih yang menjadi pendapat madzhab yang dipegangi oleh kebanyakan ulama madzhab dan yang ditegaskan oleh al imam Ahmad . . . dan ada pendapat lain dari beliau [ al imam Ahmad ] bahwa jum’at memiliki sunnah rotibah qobliyah sebanyak dua rokaat, pendapat ini dipilih oleh Ibnu Aqil, berkata Syaikh Taqiyyuddin : itu merupakan pendapat sekelompok dari pengikut al imam Ahmad. Aku [ al Mardawiy ] nyatakan : bahwa itu juga pendapat yang dipilih oleh al qodhi [ Abu Ya’la ] secara tegas dalam kitab beliau syarhul mudzhab, hal ini dinyatakan oleh Ibnu Rojab didalam kitabnya Nafyul Bid’ah ‘anish Sholat Qoblal Jum’uah. Dan pendapat lain dari beliau : bahwa sunnah rotibah qobliyah jum’at adalah empat rokaat dengan satu salam atau dua salam, dinyatakan dalam kitab ar Ri’ayah, berkata Syaikh Taqiyuddin : itu merupakan pendapat sekelompok dari kawan – kawan kami semadzhab . . .”. _[ Al Inshof ( 2 / 284 ) senada dengan ini Ibnu Muflih dalam Al Furu’ (3/ 190 – 191) MFK ]
Kesimpulannya bahwa terdapat dua pendapat dalam pembahasan ini :
Pendapat pertama : menyatakan tidak adanya sunnah rotibah qobliyah jum’at. Ini adalah pendapat madzahab hanabilah dan malikiyyah.
Pendapat kedua : ada disunnahkan rotibah qobliyah jum’at, namun diperselisihkan bilangan rokaatnya antara dua atau empat rokaat. Ini adalah salah satu riwayat dari al imam Ahmad, dan merupakan pendapat madzhab syafi’iyyah serta hanafiyyah, juga merupakan tekstual dari pendapat al imam Al Bukhoriy dalam shohihnya serta Ibnu Rojab dari kalangan hanabilah.
[ Tathbiqot Ushuliyyah (24), Shohihul Bukhori, kitabul Jumu’ah, Bab no. 37 Hadits no. 895 dan Kasyful Latsam Syarh Umdatil Ahkam (2/130) ]
Berikut adalah pemaparan diantara dalil masing – masing bitaufiqillah ;
Dalil – dalil pendapat pertama diantaranya adalah :
1. Hadits Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhuma riwayat al Bukhoriy ( 895 & 1112 ) serta Muslim ( 729 ) dengan lafadz :
" أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يصلي: قبل الظهر ركعتين، وبعدها ركعتين، وبعد المغرب ركعتين في بيته، وبعد العشاء ركعتين، وكان لا يصلي بعد الجمعة حتى ينصرف، فيصلي ركعتين ".
Terjemahannya : “ Bahwa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam senantiasa menjalankan sholat sebelum dzuhur dua rokaat, sesudahnya dua rokaat, sesudah maghrib dua rokaat dirumah beliau, sesudah Isya dua rokaat dan beliau tidak sholat ba’diyah jum’at kecuali jika telah pulang lalu beliau sholat dua rokaat ”.
Sisi pendalilan : Andaikan sunnah rotibah qobliyah jum’at ada niscaya akan diberitakan oleh Ibnu Umar kepada kita.
Pendalilan dengan hadits diatas dengan sisi tersebut terdiskusikan dengan tidak diberitakannya kepada kita beberapa sunnah rotibah yang terdapat didalam hadits lain diantaranya qobliyah Ashar.
2. Hadits As Saib bin Yazid rodhiyallohu ‘anhu riwayat Al Bukhoriy ( 870 ) dengan lafadz :
" كان النداء يوم الجمعة، أوله إذا جلس الإمام على المنبر، على عهد النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كان عثمان رضي الله عنه، وكثر الناس، زاد النداء الثالث . . ." الحديث
Terjemhannya : “ Adzan pertama dihari jum’at adalah ketika imam duduk diatas mimbar yaitu pada masa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, Abu Bakr dan Umar rodhiyallohu ‘anhuma sehingga ketika dimasa Utsman rodhiyallohu ‘anhu dan orang – orang bertambah banyak jumlahnya maka beliau menambah adzan yang ketiga dst”.
Sisi pendalilan : Yang dijalankan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam sesudah adzan adalah berkhutbah sehingga tidak mungkin beliau sholat rowatib, juga yang dilakukan oleh para sahabat sesudah adzan adalah menyimak adzan sehingga tidak memungkinkan untuk sholat rowatib qobliyah.
Terdiskusikan dengan memungkinkannya untuk dikerjakan sunah rotibah adalah antara adzan pertama dengan adzan kedua sebab khotib belum naik mimbar.
3. Al istishhab, berkata Shofiyuddin Al baghdadiy rohimahulloh : “ Adapun dalil yang keempat maka ia adalah dalil akal didalam penafian secara asal hukum, yaitu bahwa sebelum datangnya syareat maka pada asalnya jiwa terbebas dari tuntutan taklif secara berkelanjutan sehingga datang yang selainnya, dalil ini disebut al istishhab ”.
Sisi pendalilan : Bahwa kita tidak dituntut untuk menjalankan sunnah rotibah qobliyah jum’at pada asalnya sehingga datang dalil yang menunjukkan kesunahannya, dan ternyata tidak ada maka kita tetap pada hokum asal.
Terdiskusikan dengan datangnya dalil – dalil yang menunjukkan kesunahannya baik dalil umum atau khusus atau perbuatan sahabat sebagaimana dipaparkan sebagai berikut.
Dalil – dalil pendapat kedua diantaranya :
1. Hadits Ibnu Umar rodhiyallohu ‘anhuma diatas dalam riwayat Abu Dawud (1128) dengan tambahan lafadz :
كان ابن عمر يطيلُ الصلاة قبل الجمعة ويصلي بعدها ركعتين في بيته، ويحدِّث
أن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم كان يفعل ذلك.
Terjemahannya : “ adalah Ibnu Umar, beliau memanjangkan sholat sebelum jum’at dan beliau sholat sesudahnya dua rokaat dirumahnya, beliau menceritakan bahwa dahulu rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengerjakan hal tersebut ”.
Derajat hadits : Dishohihkan oleh Al Albaniy dalam Shohih Wa Dha’if Sunan Abi Dawud no. 1128.
Sisi pendalilan : Perbuatan nabi sholallohu ‘alaihi wasallam menunjukkan sunnah.
Terdiskusikan : dengan “ jika yang dimaksudkan adalah setelah masuknya waktu sholat jum’at maka tidak sah untuk dinyatakan sebagai perbuatan nabi sholallohu ‘alaihi wasallam sebab beliau jika matahari telah tergelincir maka keluar dan sibuk dengan berkhutbah kemudian dengan sholat, namun jika dimaksudkan adalah sebelum masuk waktunya maka yang beliau kerjakan adalah sunnah mutlak dan bukan sunnah rotibah ”. dinyatakan oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqolaniy dalam [ Fat-hul Bariy (2/426) MSH ]
Dijawab : Adapun bagi yang berpendapat bahwa masuknya waktu sholat jum’at adalah semenjak matahari terbit dan naik setinggi tombak, jauh sebelum tergelincirnya matahari yaitu madzhab hanabilah, maka diskusi Ibnu Hajar diatas tidaklah tepat.
2. Hadits Abdulloh bin Mughoffal Al Muzaniy rodhiyallohu ‘anhu riwayat Al Bukhoriy (598) dengan lafadz :
" أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ( بين كل أذانين صلاة - ثلاثا - لمن شاء ).
Terjemahannya : “ Bahwa rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : (( diantara setiap dua adzan ada sholat – beliau mengucapkannya tiga kali – bagi siapa saja yang berkeinginan )) ”.
Sisi pendalilan : Lafadz “ setiap dua adzan ” adalah lafadz yang luas yang mencakup dua adzan jum’at dan selainnya. Dan lafadz “ bagi siapa saja yang berkeinginan ” menunjukkan sunnah.
Terdiskusikan : dengan “ Bahwa yang dimaksud dengan “ setiap dua adzan ” adalah adzan dan iqomat ”. dinyatakan oleh syaikhuna Abu Abdillah As Sulamiy hafidzohulloh dalam [ Tathbiqot Ushuliyyah (26) ]
Dijawab : “ bahwa tatkala adzan pertama ini dimulai kesunnahannya oleh Utsman rodhiyallohu ‘anhu dan kaum muslimin bersepakat atasnya maka jadilah ia adzan yang syar’iy sehingga sholat antara dua adzan tersebutpun menjadi boleh dan bagus ”. dinyatakan oleh syaikh Taqiyyuddien dalam [ al Fatawa (24/194) lihat Kasyful Latsam (2/130) ]
3. Berkata Ibnu Hajar : “ telah datang hadits – hadits lain seputar sunnah rotibah qobliyah jum’at namun keseluruhannya adalah dhoif ”._[ Fat-hul Bari (2/426) ]
4. Hadits Mauquf dari Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu riwayat Abdur Rozaq dalam kitab Al Mushonnaf ( 5524 ) bahwa beliau mengerjakan sholat sunnah empat roka’at sebelum jum’at dan empat rokaat sesudahnya._[ lihat Fat-hul Bari, Ibnu Hajar ( 2/426 ) dan Kasyful Latsam, As Safariniy ( 2/130 ) ]
Sisi pendalilan : Perbuatan sahabat dan tidak ada yang mengingkari adalah hujjah terlebih ada yang mendukungnya seperti perbuatan Ibnu Umar dalam hadits pertama, dan ini menunjukkan sunnah.
Kesimpulan : Setelah menyimak dalil masing – masing berikut diskusinya maka pendapat yang menyatakan adanya sunnah rotibah qobliyah jum’at menurut kami tidaklah jauh dari sisi kebenaran, wallohu a’lam.
Sebagai penutup kami bawakan nukilan dari apa yang dijalankan oleh al imam Ahmad dan nasehat syaikh Taqiyyuddien Ibnu Taimiyyah rohimahumalloh sebagai tambahan faidah dalam kajian ini ;
Berkata As Safariniy rohimahulloh : “ Berkata Abdulloh putera al imam Ahmad rodhiyallohu ‘anhuma : Aku melihat ayahku mengerjakan sholat beberapa rokaat dimasjid ketika muadzin jum’at telah mengumandangkan adzan pertamanya yang sebelum khutbah sehingga jika adzan kedua atau khutbah telah hendak dimulai maka beliau duduk bersila dan menundukkan kepalanya. Berkata Asy Syaikh ( Ibnu Taimiyyah ) : sholat qobliyah jum’at adalah boleh lagi bagus meskipun bukan rotibah, barang siapa yang mengerjakannya maka tidak perlu diingkari dan barang siapa yang meninggalkannya maka juga tidak diingkari. Beliau berkata : ini adalah pendapat yang paling adil dan ucapan – ucapan al imam Ahmad manunjukkan akan hal ini ”._[ Kasyful Latsam ( 2 / 130 ) cet. Nuruddien Tholib, Kuwait ]
والله أعلم وصلى الله على محمد وآله وسلم والحمد لله