Rabu, 08 Juni 2011

HUKUM MENGUCAP SALAM KEDUA DIAKHIR SHOLAT BAG. 2

B. Dalil dan alasan yang mentarjih riwayat rukun atau wajib :
1. Hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh rodhiyallohu ‘anhu riwayat Muslim dalam shohihnya (582) dengan lafadz
{ كنت أرى رسول الله صلى الله عليه وسلم يسلم عن يمينه وعن يساره حتى أرى بياض خده }
Terjemahannya : { Aku melihat Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengucap salam kekanan dan kekiri hingga aku melihat putihnya pipi beliau }.
Munaqosyah : Berkata syaikh Ibnu Rojab rohimahulloh : “ hadits ini adalah dari riwayat Abdulloh bin Ja’far al Makhromi, perowi ini hadistnya tidak ditakhrij oleh Al Bukhoriy dalam shohihnya ”.[ Fat-hul Bariy, MSH ]
Dijawab : bahwa Abdulloh bin Ja’far al Makhromiy adalah seorang perowi yang tsiqqoh dan cukup keberadaan Muslim menjadikannya hujjah dalam kitab shohihnya. Adapun keberadaan Al Bukhoriy tidak mentakhrij haditsnya dalam kitab shohihnya maka tidak semua hadits shohih telah ditakhrij oleh beliau dalam kitab shohihnya. Wallohu a’lam
Berkata al Imam Ahmad bin Hambal rohimahulloh : “ telah shohih disisi kami dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dari lebih dari satu jalur periwayatan bahwa beliau senantiasa mengucap salam kekanan dan kekiri hingga terlihat putihnya pipi beliau ”.[ lihat kitab Al Mubdi’ (1 / 417) MFK dan Fat-hul Bariy karya Ibnu Rojab, Kitabush Sholat, Bab at Taslim, MSH ]


2. Hadits Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu riwayat Muslim dalam shohihnya (581) dengan lafadz :
{ عن أبي معمر أن أميرا كان بمكة يسلم تسليمتين ، فقال عبد الله _ يعني ابن مسعود _ : أنـى عقلها ، إن رسول الله كان يفعله }
Terjemahannya : { dari Abu Ma’mar bahwa seorang penguasa di Makkah mengucap dua salam dalam sholatnya maka Abdulloh bin Mas’ud keheranan menyatakan : dari siapa dia belajar tata cara ini ? sesungguhnya Rasululloh senantiasa melakukannya }.
Munaqosyah : berkata syaikh Ibnu Rojab rohimahulloh : “ hadits ini telah diperselisihkan oleh para pakar hadits dari segi kemarfu’an dan kemauqufannya ”.
Dijawab : berkata syaikh Ibnu Rojab melanjutkan komentarnya terhadap hadits ini : “ Muslim mentakhrij hadits ini dengan kedua segi tersebut ” maknanya, bahwa baik riwayat yang marfu’ maupun yang mauquf kedua – duanya adalah shohih dan benar sehingga salah satu dari keduanya tidaklah menjadi ‘illah bagi yang lain, keadaan sedemikian ini sering didapati dalam riwayat – riwayat. Wallohu a’lam


3. Hadits Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu riwayat Ahmad dalam Musnadnya (3699) Abu Dawud dalam sunannya (996) At Tirmidzi dalam jami’nya (295) An Nasa’iy dalam sunannya (1325) dengan lafadz :
{ أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يسلم عن يمينه السلام عليكم ورحمة الله وعن يساره السلام عليكم ورحمة الله }
Terjemahannya : { Bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam beliau senantiasa mengucap salam kekanan Assalamu’alaikum warohmatulloh dan kekiri Assalamu’alaikum warohmatulloh }.
Munaqosyah : Berkata syaikh Ibnu Rojab rohimahulloh : “ hadits ini diriwayatkan dengan ragam perbedaan dalam sanad – sanadnya yang berporos pada salah satu perowinya yaitu Abu Ishaq juga diperselisihkan dari segi kemarfu’an dan kemauqufannya, adalah Syu’bah beliau mengingkari jika hadits ini marfu’ ”.[ Fat-hul Bariy karya Ibnu Rojab, MSH ]
Dijawab : Bahwa beberapa ulama pakar hadits telah menghukumi shohih riwayat yang marfu’ dari hadits ini diantaranya adalah At Tirmidzi rohimahulloh dalam Jami’nya (295) dan Al ‘Uqoiliy rohimahulloh.
Berkata Al ‘Uqoiliy rohimahulloh : “ Hadits – hadits yang shohih dari Ibnu Mas’ud dan dari Sa’ad bin Abi Waqqosh serta dari selain keduanya adalah dalam mengucap dua salam, dan tidaklah shohih satu haditspun bahwa beliau mengucap salam hanya satu kali ”.[kitab Dhu’afa’ (1 / 195) lihat kitab Mustadrokut Ta’lil (187)].


4. Hadits Jabir bin Samuroh rodhiyallohu ‘anhu riwyat Muslim dalam shohihnya (581) dengan lafadz
{ إنما يكفي أحدَكم أن يضع يده على فخذه ثم يسلم على أخيه من على يمينه وشماله }
Terjemahannya : { cukup bagi seorang dari kalian untuk meletakkan tangannya diatas pahanya kemudian ia mengucap salam kepada saudaranya yaitu siapa yang berada disebelah kanannya dan sebelah kirinya }.
Berkata syaikh Muhammad Ibnul Utsaimin rohimahulloh : “ mereka menyatakan : sesungguhnya apa yang kurang dari kadar mencukupi maka tidaklah mengesahkan ”.[ Asyarhul Mumti’ (3 / 211) MFK]
Munaqosyah umum terhadap dalil – dalil diatas : Bahwa hadits – hadits tersebut dari bentuk perbuatan yang tidak sampai kepada tingkatan menunjukkan wajib.
Dijawab : Berkata syaikh Ibnu Rojab rohimahulloh : “sekelompok dari ahlul ilmi tersebut berpendapat bahwa seseorang tidaklah selesai dari sholatnya melainkan dengan mengucap kedua salam seluruhnya, pendapat ini diriwayatkan dari Al Hasan bin Haiy, salah satu riwayat dari dua pendapat al Imam Ahmad, sebagian ulama madzhab Malikiyyah dan sebagian ulama madzhab dzohiriyyah. Mereka berdalilkan dengan hadits { وتحليلها التسليم } mereka menyatakan : mengucap salam dalam hadits ini diarahkan kepada apa yang diketahui dari perbuatan beliau sholallohu ‘alaihi wasallam yang senantiasa beliau kerjakan yaitu mengucap dua salam. Mereka juga berdalilkan dengan hadits (( صلوا كما رأيتموني أصلي )) terjemahannya : { sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat sholatku } dan sungguh beliau senantiasa mengucap dua salam dalam sholatnya ”.[ Fat-hul Bariy karya Ibnu Rojab, MSH ]
Berkata syaikh Muhammad Ibnul ‘Utsaimin rohimahulloh : “ Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam senantiasa mengerjakan mengucap dua salam baik dalam keadaan mukim atau safar lagi disaksikan oleh orang – orang kota, orang – orang badu, orang alim dan jahil, serta sabda beliau (( صلوا كما رأيتموني أصلي )) terjemahannya : { sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat sholatku }, kesemuanya ini menunjukkan bahwa mengucap keduanya adalah satu keharusan ”.[ Asyarhul Mumti’ (3 / 211) MFK]


5. Adapun alasan secara nadzoriy maka berkata Zainuddin Al Munajja rohimahulloh : “ Adapun keberadaan mengucap salam kedua adalah wajib dalam satu riwayat maka berdasar . . . dan karena sholat adalah ibadah yang disyari’atkan didalamnya dua tahallul maka keduanya ( salam pertama dan kedua ) adalah wajib sebagaimana ibadah haji, juga dikarenakan salam kedua merupakan salah satu dari dua salam maka mengucapnya adalah wajib sebagaimana yang pertama ”.[kitab Al Mumti’ Fie Syarhil Muqni’ (1 / 478) cet. Maktabah al Asadiy] pernyataan senada juga diucapkan oleh syaikh Muhammad bin Ahmad As Safariniy rohimahulloh dalam Kasyful Litsamnya (2 / 326).
Kesimpulan secara umum bahwa dengan melihat dalil serta alasan masing – masing berikut munaqosyah terhadapnya maka nampak akan kuatnya pendapat yang menyatakan rukun atau wajib, dan perlu diketahui bahwa pendapat ini merupakan mufrodat madzhab ( pendapat madzhab yang menyelisihi tiga madzhab ; Abu Hanifah, Malik dan Syafi’iy ) sebagaimana disebutkan oleh syaikh Ali Al Mardawiy rohimahulloh dalam Al Inshofnya, syaikh Manshur Al Buhutiy rohimahulloh dalam Al Minahusy Syafiyat Bisyarh Mufrodat (223) cet. Kunuz Isybiliya dan diisyaratkan oleh syaikh Yusuf Ibnu Abdil Hadi rohimahulloh dalam Mughniy Dzawil Afhamnya (108) cet. Maktabah Adhwa’us Salaf .


III. Faedah “ Hikmah dan Makna Salam ”
Berkata syaikh Muhammad bin Ahmad As Safariniy Al Hambaliy rohimahulloh : “ { dan beliau sholallohu ‘alaihi wasallam senantiasa menutup sholatnya dengan mengucap salam } maka mengucap salam beliau jadikan sebagai tahallul untuk sholatnya, seorang yang mengerjakan sholat keluar dengannya dari sholatnya sebagaimana seorang yang mengerjakan manasik haji keluar dari hajinya dengan tahallul. Jadilah tahallul sholat ini sebagai doa dari sang imam teruntuk siapa saja yang bermakmum dibelakangnya, doa keselamatan yang ia merupakan dasar segala kebaikan dan azasnya. Hingga disyariatkanlah tahallul ini atas siapa saja yang bermakmum semisal dengan tahallulnya sang imam, didalam hal itu terkandung doa kebaikan untuk dirinya serta untuk orang – orang yang sholat bersamanya, doa keselamatan. Kemudian hal itu disyariatkan atas setiap orang yang mengerjakan sholat meskipun ia sendirian, maka tidak ada tahallul sholat yang lebih indah dibanding tahallul ini sebagaimana tidak ada yang lebih indah dibanding takbir sebagai tahrim untuknya. Jadi, tahrimnya adalah bertakbir kepada Alloh yang terkumpul didalamnya penetapan segala kesempurnaan untukNya, terkumpul didalamnya pensucianNya dari segala cacat dan kekurangan, terkandung didalamnya ketunggalan dan kekhususanNya akan hal itu juga pengagungan terhadapNya dan pemuliaan atasNya. Sehingga, takbir terkandung didalamnya perincian gerakan sholat, dzikir – dzikir sholat serta tata-cara sholat, jadi sholat sedari awalnya hingga berakhirnya adalah merupakan perincian bagi kandungan lafadz Allohu Akbar, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih indah dibandingkan tahrim ini ! tahrim yang berisikan pengikhlasan dan tauhid. Lagi tidak ada sesuatu yang lebih indah dibanding ucapan salam sebagai tahallulnya, tahallul yang berisikan perbuatan kebajikan seseorang kepada saudara – saudaranya kaum mukminin ! kesimpulannya ; bahwa sholat dibuka dengan pengikhlasan dan ditutup dengan perbuatan kebajikan ”. [kitab Kasyful Litsam (2 / 326 – 327) cet. Nuruddin Tholib, Kuwait]

والله أعلم وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم والحمد لله

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari