Berkata al ‘Allamah al Qodhiy Abul Hasan Ali bin Sulaiman al Mardawiy al Hambaliy rohimahulloh : “ . . . kemudian mengangkat kepala dibarengi dengan mengangkat kedua tangannya seraya wajib mengucapkan sami’allohu liman hamidah bagi imam atau munfarid dengan lafadz yang berurut, kemudian ditegaskan oleh al Imam Ahmad jika ia ingin menjulurkan kedua tangannya maka dipersilakan atau jika ingin bersedekap maka juga dipersilakan ”._ [ kitab at Tangqihul Musybi’ ( 92 ) cet. Maktabatur Rusyd ]
Inilah pendapat yang menjadi ketetapan madzhab al Imam Ahmad dalam hal ini yaitu adanya kebebasan antara bersedekap atau meluruskan kedua tangannya. Masing – masing boleh diamalkan dan masing – masing berdasar kepada dalil dan tidak ada riwayat pembid’ahannya dari al Imam Ahmad.
Dalil – dalil yang mensunnahkan bersedekap
1. Hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu riwayat Abu Dawud ( 643 ) dan at Tirmidziy ( 376 ) dengan lafadz :
(( أن رسول اللّه صلى الله عليه وسلم نهى عن السَّدْلِ في الصلاة ))
Terjemah hadits : (( Bahwa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam melarang as sadl dalam sholat )).
Derajat hadits : Riwayat Abu Dawud dihukumi dhoif oleh Abu Dawud sendiri dalam kitab sunannya. Sedang riwayat at Tirmidziy maka beliau mengisyaratkan akan kelemahannya, dalam sunannya beliau menyatakan : “ Hadits Abu Huroiroh ini maka kami tidaklah mengetahui dari jalan ‘Atho dari Abu Huroiroh secara marfu’ kecuali dari jalan ‘Isl bin Sufyan ”. Berkata al Khollal : “ Al Imam Ahmad ditanya tentang hadits as sadl yang dari Abu Huroiroh ? maka beliau menjawab : hadits itu tidaklah shohih sanadnya, beliau katakan : ‘Isl bin Sufyan bukanlah seorang yang kuat hapalan haditsnya ”. Berkata penulis at Tuhfatul Ahwadziy : “ ‘Isl bin Sufyan telah divonis lemah oleh mayoritas pakar hadits ”._ [ at Tuhfatul Ahwadziy ( 2 / 380 ) MSH ]
Namun sebagian ulama menghukumi shohih riwayat Abu Dawud dan hasan untuk riwayat at Tirmidziy, mereka adalah penulis at Tuhfah ( 2 / 381 ) dan al Albaniy dalam Shohih wa Dhoif Sunan Abi Dawud ( no. 643 ) dan Shohih wa Dhoif sunan at Tirmidziy ( no. 378 ) juga Badi’uddien ar Rosyidiy dalam risalah Ziyadatul Khusyu’ ( 14 )
Kesimpulan : Hukum yang ditetapkan oleh al Imam Ahmad akan lemahnya hadits ini lebih menenangkan hati, wallohua’lam.
Sisi pendalilan : as sadl yang dilarang dalam hadits ini maknanya secara bahasa adalah menjulurkan atau meluruskan [ lihat al Qomus ( 913 ) ], sedang secara syari’ah maka ia dipakai untuk pakaian maupun anggota badan seperti rambut termasuk tangan, oleh karenanya berkata al Minawiy rohimahulloh mensyarah hadits tersebut : “ yang dimaksud adalah meluruskan tangan ”._[ Faidhul Qodir ( 6 / 315 ) dari Ziyadatul Khusyu’ ( 17 ) ] namun larangan disini diarahkan kepada kemakruhan sebagaimana at Tirmidziy menegaskan hal tersebut dalam sunannya dari para ulama, Ahmad dan Ibnul Mubarok. Artinya bahwa I’tidal setelah ruku’ termasuk bagian dari sholat maka makruh didalamnya untuk meluruskan tangan sehingga sebaliknya disunnahkan untuk bersedekap, Wallohu a’lam.
2. Hadits Wa’il bin Hujr riwayat an Nasa’iy dalam sunannya ( 887 ) dengan lafadz :
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا كان قائما في الصلاة قبض بيمينه على شماله
Terjemah hadits : Aku melihat Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam jika beliau berdiri dalam sholat maka beliau bersedekap.
Derajat hadits : Sanad hadits ini dihukumi shohih oleh al Albaniy dalam Shohih wa Dhoif Sunan an Nasa’iy ( 887 ) juga oleh Badi’uddien ar Rosyidiy dalam Ziyadatul Khusyu’ ( 18 ).
Sisi pendalilan : Bahwa I’tidal setelah ruku’ masuk dalam kategori keumuman (( berdiri )) dalam hadits tersebut yang keumumannya ditunjukkan oleh lafadz (( idza = jika )) maka berarti posisi sunnah dalam berdiri setelah ruku’ adalah juga bersedekap sebagaimana cakupan keumuman lafadz hadits. Sunnah sebab ini adalah perbuatan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, wallohu a’lam.
3. Hadits Wa’il bin Hujr rodhiyallohu ‘anhu riwayat Abdulloh bin Ahmad dalam zawaid musnadnya ( musnad Kufiyyin no. 18.871 ) dengan lafadz :
(( رأيت النبي صلى الله عليه وسلم حين كبر رفع يديه حذاء أذنيه ثم حين ركع ثم حين قال سمع الله لمن حمده رفع يديه ورأيته ممسكا يمينه على شماله في الصلاة )) الحديث
Terjemah hadits : Aku melihat Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam ketika bertakbir, beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya kemudian ketika ruku’ kemudian ketika mengucap sami’allohu liman hamidah, beliau mengangkat kedua tangannya dan aku lihat beliau memegang dengan telapak kanannya atas telapak kirinya ( bersedekap_pent.) dalam sholat.
Derajat hadits :
Sisi pendalilan : Hadits ini menunjukkan bahwa posisi tangan bersedekap ketika beridiri termasuk berdiri diwaktu I’tidal setelah ruku’,wallohu a’lam.
4. Hadits Sahl bin Sa’ad as Sa’idiy rodhiyallohu ‘anhu riwayat al Bukhoriy dalam shohihnya ( 707 ) dengan lafadz :
(( كان الناس يؤمرون أن يضع الرجل اليد اليمنى على ذراعه اليسرى في الصلاة ))
Terjemah hadits : Masing – masing orang diperintahkan untuk meletakkan telapak tangan kanannya pada lengan kiri ( bersedekap_pent.) dalam sholat.
Derajat hadits : Shohih
Sisi pendalilan : Hadits secara umum menyatakan ( dalam sholat ) dan tidak menyatakan ( dalam keadaan berdiri ) sebab didalam sholat, posisi tangan ketika ruku’ adalah pada kedua lutut, ketika sujud adalah pada lantai, ketika duduk adalah pada kedua paha dan ketika berdiri_ mencakup berdiri sebelum ruku’ ataupun sesudah ruku’_ adalah bersedekap, wallohu a’lam. [ lihat kitab Asyarhul Mumti’ ( 3 / 103 – 104 ) MFK ]
Munaqosyah dalil – dalil diatas : Bahwa dalil – dalil diatas tidaklah tegas menetapkan posisi bersedekap ketika I’tidal setelah ruku’. Berkata al ‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rohimahulloh : “ Yang ditegaskan dari al Imam Ahmad bahwa seseorang diberi pilihan antara meluruskan kedua tangannya atau bersedekap. Seolah – olah al Imam Amad berpendapat demikian dikarenakan tidak terdapatinya dalam hadits – hadits yang menunjukkan hal ini dengan tegas sehingga beliaupun berpendapat bahwa seseorang diberi pilihan dalam hal ini . . .”._[ kitab Asyarhul Mumti’ ( 3 / 103 ) MFK ] . . .bersambung insyaalloh.
Manakah sambungannya, Akhi? Sudah adakah?
BalasHapusBid'ah
BalasHapus