Selasa, 04 Oktober 2011

SEKILAS TENTANG SYAIKH ABUL HASAN MA'RIB

Berkata Mufti Kerajaan Saudi Arabia bagian selatan Asy Asyaikh Al ‘Allamah Ahmad bin Yahya An Najmiy ( lahir 22 Syawwal 1346 – wafat 21 Rojab 1429 ) rohimahulloh : “ . . . adapun Abul Hasan, maka dia adalah seorang anak muda yang amat tertipu, ia menulis satu atau dua kitab namun ia tidak memurnikan substansi kitab untuk kebenaran, tidak pula ia berjalan bersama dalil – dalil, bahkan lebih dari itu ia menuai banyak kritikan, ini dia ditinjau dari segi umum. Adapun ditinjau dari segi khusus yang telah bermula semenjak dua tahun terakhir maka sesungguhnya kami mendapati bahwa Abul Hasan berupaya menebar kerancuan dalam keabsahan berhujjah dengan khobar ahad yang shohih berdasar kaedah ilmu mustholah, dan sikap dia ini berarti menyelisihi Ahlus Sunnah, yang artinya dia malah mengadopsi pemikiran Mu’tazilah serta sekte – sekte yang sejalan dengan Mu’tazilah.
Kedua, dia berpandangan bolehnya mengarahkan ucapan – ucapan atau sikap yang tidak terperinci ( mujmal ) dari seseorang kepada ucapan – ucapan atau sikap yang terperinci darinya dikesempatan lain ( mubayyan ), dan ini juga bertentangan dengan ajaran para as Salaf yaitu tidak bolehnya mengarahkan mujmal yang terlahir dari seseorang kepada mubayyan keculi hanya diterapkan pada sabda nabi sholallohu ‘alaihi wasallam.
Ketiga, dia menghina dan merendahkan Ahlus Sunnah dan sebaliknya dia menghormati dan mentokohkan ahlul bida’. Dia berkomentar tentang Ahlus Sunnah : ( mereka adalah orang – orang awam rendahan ) atau ( mereka adalah orang – orang rendahan ) atau ( mereka adalah para amatiran ) dan lain sebagainya dari lafadz – lafadz pelecehan. Adapun ahlul bida’ maka baginya mereka adalah para tokoh besar, tatkala ia diberi berita seputar penyimpangan al Maghrowiy maka dia menjawab : bagaimana aku mesti melenyapkan gunung yang kokoh ( seorang tokoh besar ) ??
Keempat, dia banyak memberikan toleransi dan mencarikan alasan untuk para ahlul bida’ semisal Sayyid Quthub, seorang ahlul bida’ yang didalam pengantar tafsir surat al Hujurot menetapkan bahwa umat Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallam seluruhnya telah murtad dari dien mereka, bahwa tidak ada sekarang sebuah negeri muslimpun, bahwa tidak terdapati pula sekarang ini sebuah masyarakat muslim yang tatanan mu’amalahnya berdasar syari’at Alloh, dia menyatakan hal itu di ( fie dzilalil Qur’an 4 / 21 – 22 ) Sayyid Quthub ini didalam tafsir surat Yunus juga menetapkan bahwa masjid – masjid kaum muslimin adalah tempat – tempat pemujaan berhala, dan dia ditafsir surat al Ikhlash menetapkan wihdatul wujud.
Kelima, dia ( Abul hasan ) ini juga memberikan toleransi serta mencarikan udzur bagi al Maghriwoy seorang gembong sekte takfiriy.
Keenam, dia singgah ketempat para ahlul bida’ dan ia disambut oleh para ahlul bida’ dimana ia singgah, diapun tidak akan akrab kecuali dengan mereka.
Ketujuh, dia ditanya tentang kelompok al Ikhwanul Muslimin, termasuk ahlus sunnahkah mereka ? dia menjawab : na’am !.
Kedelapan, beberapa tokoh Ahlus Sunnah yang terpercaya telah bersaksi bahwa mereka pengalaman akan kebiasaan abul hasan berdusta dalam banyak hal.
Inilah kondisi Abul Hasan !!!. Lalu bagaimana kita dapat mengatakan bahwa Ahlus Sunnah terpecah dengan sebab dua orang ? mafhum dari ucapanmu dalam telepon kepadaku bahwa kedua orang ini adalah bersama Ahlus Sunnah, apakah bisa dibenarkan bahwa Abul Hasan termasuk Ahlus Sunnah dengan setumpuk penyimpangan yang dia usung ? jawabnya adalah tidak bisa dibenarkan ! dan apakah bisa dibenarkan bahwa para pengekor Abul Hasan adalah termasuk Ahlus Sunnah ? jawabnya adalah tidak bisa dibenarkan. Namun jika kamu berkeyakinan bahwa Abul Hasan dan para pengekornya adalah termasuk Ahlus Sunnah maka kami sangatlah menyayangkan hal tersebut dan kami menasehatimu untuk bertaubat dari pernyataan semisal itu !! ”._[ risalah Ta’aqubat Asy Asyaikh An Najmiy ‘ala risalah Rifqon ( 22 – 23 ) ta’liq Husain bin Ahmad ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari