DIHARI NAHR
Tibalah hari
kesepuluh Dzulhijjah yang merupakan puncak dari perayaan sepuluh hari dalam
awal bulan Dzulhijjah dimana seluruh kaum muslimin baik yang berkesempatan haji
maupun yang belum dan masih berdiam dinegerinya masing – masing merayakannya
dengan berbagai amal ibadah dan pesta – pesta yang diidzinkan oleh Islam.
Hari yang disebut
oleh rasululloh dalam khutbah beliau sebagi hari haji akbar sebagaimana
dibawakan oleh Al Imam Al Bukhori dalam shohihnya.
Dihari tersebut,
bagi jamaah haji ada beberapa manasik diantaranya : “ wukuf dimuzdalifah,
berjalan meninggalkannya kemudian menuju mina, melempar jumroh dan menyembelih
hadyu atau binatang kurban, mencukur rambut kepala, melakukan thawaf ifadhoh
kemudian berjalan kembali menuju mina untuk melakukan mabit disana, diselain
hari itu tidak ada amalan – amalan demikian sehingga karenanya hari itu disebut
sebagai hari haji akbar ”. [ Kasyyaful Qinaa’ syarh Al Iqnaa’ ( 3 / 1189 ) cet.
Dar ‘Alamul Kutub ]
Hari tersebut juga
mencatat sejarah khutbah rasululloh dimina, khutbah lain selain khutbah ‘arofah
sebab “ didalam haji terdapat empat khutbah yang disunnahkan menurut madzhab
Syafii, pertama adalah hari ketujuh Dzulhijjah disisi ka’bah usai sholat
dzuhur, kedua adalah dilembah ‘uronah dihari ‘arofah, ketiga adalah dihari nahr
yaitu kesepuluh dzulhijjah dimina dan yang keempat adalah dihari nafar awal
yaitu hari kedua dari tiga hari tasyriq ”. [ Al Minhaj syarh Shohih Muslim ( 8
/ 411 ) cet. Darul Ma’rifah ]
Catatan : 1. Namun
syaikhul Islam Ibnul Qoyyim tidak menyebutkan khutbah yang pertama dalam serial
tata cara haji rasululloh dalam kitab Zaadul Ma’aadnya, beliau hanya menyebut
khutbah ‘arofah, khutbah hari nahr dan pertengahan hari – hari tasyriq saja.
Wallohu a’lam.
2. Adapun materi
khutbah Rasululloh dihari nahr dan pertengahan tasyriq maka bisa dirujuk Zaadul
Ma’aad ( 2 / 237 – 238 dan 265 ) cet Ar Risaalah.
Hari yang mencatat
sejarah bahwa Rasululloh mengorbankan 100 ekor onta dimanhar Mina, 70
diantaranya beliau sembelih sendiri dan 30 sisanya beliau wakilkan Ali bin Abi
Thalib untuk menyembelihnya.
Demikianlah, hari
itu umat Islam berlomba untuk menyuguhkan kehadirat Alloh binatang – binatang
kurban mereka sebagai syukur mereka atas nikmat – nikmatNya. Alloh berfirman :
{ ولكل أمة
جعلنا منسكا ليذكروا اسم الله على ما رزقهم من بهيمة الأنعام }
{ dan bagi masing –
masing umat niscaya telah kami tetapkan sembelihan kurban agar mereka menyebut
– nyebut nama Alloh atas rezeki yang telah Dia limpahkan untuk mereka berupa binatang
ternak } QS. Al Hajj : 34.
Atas dasar ayat diatas maka binatang kurban
yang sah untuk dikurbankan dihari nahr ini adalah binatang – binatang ternak
yaitu onta, sapi atau kerbau dan kambing, tidak sah dengan selain itu. Kemudian
“ yang paling afdhol adalah onta diikuti dengan sapi kemudian disusul kambing
sebagaimana yang paling gemuk adalah yang paling afdhol. Al Imam Ahmad
menyatakan : Aku menyukai yang berwarna putih bersih, bahkan Hambal telah
mengutip dari beliau : Aku tidak menyukai yang berwarna hitam. Binatang ternak
jantan dan betina dalam hal afdolnya adalah sama. Adapun usia binatang kurban
maka domba usianya minimal 6 bulan sedangkan selain domba yaitu onta maka genap
5 tahun dan sapi atau kerbau genap 2 tahun serta kambing genap satu tahun,
tidaklah sah dengan yang kurang dari usia – usia tersebut ”. [ diringkas dari
Kasyful Litsam ( 3 / 199 – 200 ) cet. Nuruddin Thalib, Kuwait ]
Adapun waktu pelaksanaan penyembelihan kurban
maka “ sah untuk dimulai seusai dari sholat ied meskipun sebelum khutbahnya
imam akan tetapi jika dilakukan sesudah khutbah maka lebih afdhol dan berakhir
diakhir hari kedua dari tiga hari tasyriq, inilah madzhab tiga imam madzhab
namun Asy Syafii berpendapat bahwa akhir waktu penyembelihan kurban adalah
akhir hari ketiga, pendapat ini dipilih oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Waktu penyembelihan ini mencakup siang dan malam harinya sebagaimana hal ini
telah ditegaskan oleh Al Imam Ahmad ”. [ diringkas dari Kasyful Litsam ( 3 /
193 – 194 ) ]
Hari yang disebut –
sebut oleh rasululloh sebagai hari barokah dan sebagai hari suci sebagaimana
diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dan Al Imam Muslim dari Ummu ‘Athiyyah.
Mereka yang tidak
sedang berhaji dan tidak berhalangan untuk sholat maka fardhu kifayah untuk
mengerjakan sholat ied dan disunnahkan sholat ied ini untuk dilaksanakan
dilapangan terbuka secara berjamaah kemudian dilanjutkan dengan khutbah imam.
Hari yang disebut
oleh Rasululloh sebagai hari teragung disisi Alloh sebagaimana dibawakan oleh
Abu Dawud dalam sunannya dari Abdulloh bin Qurth.
وصلى
الله على محمد وعلى آله وسلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar