Rabu, 24 Oktober 2012

PERAYAAN BESAR
DIHARI NAHR


Tibalah hari kesepuluh Dzulhijjah yang merupakan puncak dari perayaan sepuluh hari dalam awal bulan Dzulhijjah dimana seluruh kaum muslimin baik yang berkesempatan haji maupun yang belum dan masih berdiam dinegerinya masing – masing merayakannya dengan berbagai amal ibadah dan pesta – pesta yang diidzinkan oleh Islam.
Hari yang disebut oleh rasululloh dalam khutbah beliau sebagi hari haji akbar sebagaimana dibawakan oleh Al Imam Al Bukhori dalam shohihnya.
Dihari tersebut, bagi jamaah haji ada beberapa manasik diantaranya : “ wukuf dimuzdalifah, berjalan meninggalkannya kemudian menuju mina, melempar jumroh dan menyembelih hadyu atau binatang kurban, mencukur rambut kepala, melakukan thawaf ifadhoh kemudian berjalan kembali menuju mina untuk melakukan mabit disana, diselain hari itu tidak ada amalan – amalan demikian sehingga karenanya hari itu disebut sebagai hari haji akbar ”. [ Kasyyaful Qinaa’ syarh Al Iqnaa’ ( 3 / 1189 ) cet. Dar ‘Alamul Kutub ]
Hari tersebut juga mencatat sejarah khutbah rasululloh dimina, khutbah lain selain khutbah ‘arofah sebab “ didalam haji terdapat empat khutbah yang disunnahkan menurut madzhab Syafii, pertama adalah hari ketujuh Dzulhijjah disisi ka’bah usai sholat dzuhur, kedua adalah dilembah ‘uronah dihari ‘arofah, ketiga adalah dihari nahr yaitu kesepuluh dzulhijjah dimina dan yang keempat adalah dihari nafar awal yaitu hari kedua dari tiga hari tasyriq ”. [ Al Minhaj syarh Shohih Muslim ( 8 / 411 ) cet. Darul Ma’rifah ]
Catatan : 1. Namun syaikhul Islam Ibnul Qoyyim tidak menyebutkan khutbah yang pertama dalam serial tata cara haji rasululloh dalam kitab Zaadul Ma’aadnya, beliau hanya menyebut khutbah ‘arofah, khutbah hari nahr dan pertengahan hari – hari tasyriq saja. Wallohu a’lam.
2. Adapun materi khutbah Rasululloh dihari nahr dan pertengahan tasyriq maka bisa dirujuk Zaadul Ma’aad ( 2 / 237 – 238 dan 265 ) cet Ar Risaalah.
Hari yang mencatat sejarah bahwa Rasululloh mengorbankan 100 ekor onta dimanhar Mina, 70 diantaranya beliau sembelih sendiri dan 30 sisanya beliau wakilkan Ali bin Abi Thalib untuk menyembelihnya.
Demikianlah, hari itu umat Islam berlomba untuk menyuguhkan kehadirat Alloh binatang – binatang kurban mereka sebagai syukur mereka atas nikmat – nikmatNya. Alloh berfirman :
{ ولكل أمة جعلنا منسكا ليذكروا اسم الله على ما رزقهم من بهيمة الأنعام }
{ dan bagi masing – masing umat niscaya telah kami tetapkan sembelihan kurban agar mereka menyebut – nyebut nama Alloh atas rezeki yang telah Dia limpahkan untuk mereka berupa binatang ternak } QS. Al Hajj : 34.
Atas dasar ayat diatas maka binatang kurban yang sah untuk dikurbankan dihari nahr ini adalah binatang – binatang ternak yaitu onta, sapi atau kerbau dan kambing, tidak sah dengan selain itu. Kemudian “ yang paling afdhol adalah onta diikuti dengan sapi kemudian disusul kambing sebagaimana yang paling gemuk adalah yang paling afdhol. Al Imam Ahmad menyatakan : Aku menyukai yang berwarna putih bersih, bahkan Hambal telah mengutip dari beliau : Aku tidak menyukai yang berwarna hitam. Binatang ternak jantan dan betina dalam hal afdolnya adalah sama. Adapun usia binatang kurban maka domba usianya minimal 6 bulan sedangkan selain domba yaitu onta maka genap 5 tahun dan sapi atau kerbau genap 2 tahun serta kambing genap satu tahun, tidaklah sah dengan yang kurang dari usia – usia tersebut ”. [ diringkas dari Kasyful Litsam ( 3 / 199 – 200 ) cet. Nuruddin Thalib, Kuwait ]
Adapun waktu pelaksanaan penyembelihan kurban maka “ sah untuk dimulai seusai dari sholat ied meskipun sebelum khutbahnya imam akan tetapi jika dilakukan sesudah khutbah maka lebih afdhol dan berakhir diakhir hari kedua dari tiga hari tasyriq, inilah madzhab tiga imam madzhab namun Asy Syafii berpendapat bahwa akhir waktu penyembelihan kurban adalah akhir hari ketiga, pendapat ini dipilih oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Waktu penyembelihan ini mencakup siang dan malam harinya sebagaimana hal ini telah ditegaskan oleh Al Imam Ahmad ”. [ diringkas dari Kasyful Litsam ( 3 / 193 – 194 ) ]  
Hari yang disebut – sebut oleh rasululloh sebagai hari barokah dan sebagai hari suci sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori dan Al Imam Muslim dari Ummu ‘Athiyyah.
Mereka yang tidak sedang berhaji dan tidak berhalangan untuk sholat maka fardhu kifayah untuk mengerjakan sholat ied dan disunnahkan sholat ied ini untuk dilaksanakan dilapangan terbuka secara berjamaah kemudian dilanjutkan dengan khutbah imam.
Hari yang disebut oleh Rasululloh sebagai hari teragung disisi Alloh sebagaimana dibawakan oleh Abu Dawud dalam sunannya dari Abdulloh bin Qurth.
وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari