Minggu, 15 Agustus 2010

SEPUTAR RAMADHAN

SHOLAT TARAWIH
SEBAIKNYA DUA – DUA ATAU EMPAT – EMPAT ?

Para ulama satu pendapat bahwa sholat tarawih hukumnya adalah sunnah bukan wajib, namun mereka berbeda pendapat pada beberapa hal seputarnya diantaranya adalah ; yang utama berjamaah ataukah sendiri – sendiri ? berapakah bilangan rokaatnya ? cara pelaksanaannya yang utama dua rokaat – dua rokaat atau empat rokaat – empat rokaat ? maka permasalahan yang disebut terakhir itulah yang akan menjadi topik sajian kali ini, semoga anda dapat menikmati sajian ini dan mengambil manfaatnya amin.
Setidaknya dalam masalah ini terdapati dua pendapat ; pertama yang utama cara pelaksanaan sholat tarawih adalah dua – dua. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama yang difatwakan oleh imam Ahmad bahkan Abu Bakr al Hishniy dari kalangan Syafi’iyyah dalam Kifayatul Akhyar menyatakan : “ seandainya sholat tarawih ini dilaksanakan secara empat rokaat dengan satu salam maka sholat tarawihnya tidaklah sah ”. Para ulama yang berpendapat dengan pendapat pertama ini berdalilkan dengan beberapa dalil diantaranya :
1. hadis Abdulloh bin Umar

سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صلاة الليل فقال : (( صلاة الليل مثنى مثنى فإذا خشي أحدكم الصبح صلى ركعة واحدة توتر له ما قد صلى ))

Bahwa Rasululloh ditanya tentang sholat malam maka beliau menjawab : (( sholat malam adalah dua - dua, jika salah satu dari kalian khawatir akan datangnya subuh maka hendaknya ia sholat satu rokaat sebagai witir atas sholat – sholatnya )).
Hadis tersebut adalah shohih riwayat al Bukhoriy dalam shohihnya no. 990 dan Muslim dalam shohihnya no. 749 yang didalam shohih Muslim terdapat lafadz tambahan diakhir hadisnya

فقيل لابن عمر : ما مثنى مثنى ؟ قال : أن تسلم في كل ركعتين

Maka ditanyakan kepada Ibnu Umar : apakah makna dua – dua itu ? beliau menjawab : engkau salam disetiap dua rokaat.
Sisi pendalilan dari hadis adalah dari beberapa sisi diantaranya ; pertama tekstual hadis. Kedua bahwa jawaban Rasululloh adalah diposisi bayan sehingga tidak akan menyisakan pertanyaan. Ketiga tafsir dari rowi hadis yaitu Ibnu Umar sementara rowi akan lebih tahu terhadap apa yang dia riwayatkan. Keempat perkataan Rasululloh kepada umatnya sehingga tidak mengandung unsur kekhususan atas beliau wallohu a’lam.
2. hadis Abdulloh bin Umar

(( كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلى من الليل مثنى مثنى ويوتر بركعة من آخر الليل ))

(( Rasululloh senantiasa melaksanakan sholat malam secara dua – dua dan melakukan witir dengan satu rokaat diakhir malam )).
Hadis ini adalah shohih diriwayatkan oleh al Bukhoriy ( lihat Fat-hul Bari 2 / 477 ) dan Muslim dalam shohihnya no. 749.
Sisi pendalilan dari hadis adalah perbuatan nabi menunjukkan akan kesunnahannya dan jika hal itu yang menjadi kebiasaan beliau maka menunjukkan bahwa itulah sunnah yang ditekankan.
3. hadis Aisyah Ummul Mukminin


(( كان رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يصلي فيما بين أن يفرغ من صلاة العشاء [وهي التي يدعو الناس العتمة] إلى الفجر إحدى عشرة ركعة، يسلم بين كل ركعتين ويوتر بواحدة...)) الحديث

(( Rasululloh senantiasa melakukan sholat antara seusai dari sholat Isya’ yang biasa disebut ‘atamah dikalangan manusia hingga datangnya fajar adalah sebelas rokaat secara salam disetiap dua rokaatnya kemudian beliau witir dengan satu rokaat dst )).
Hadis ini shohih diriwayatkan oleh Muslim dalam shohihnya no. 736
Sisi pendalilannya adalah serupa dengan hadis sebelumnya bahkan dalam hadis ini terdapat keterangan tambahan sebagai perincian atas hadis Aisyah yang akan datang wallohu a’lam.
Pendapat kedua dalam masalah ini menyatakan yang utama adalah empat rokaat – empat rokaat. Ini merupakan pendapat sekelompok dari ahli ilmu yang maknanya adalah salam disetiap empat rokaat. Mereka berdalilkan dengan hadis Aisyah Ummul Mukminin :

مَا كَانَ رَسُولُ الله صلّى الله عليه وسلّم يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ علَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي أَرْبَعاً، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً، قَالَتْ عَائِشَةُ: فقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ قَالَ: « يَا عَائِشَةُ، إنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلاَ يَنَامُ قَلْبِي »

Berkata Aisyah : “ tidaklah Rasululloh menambah dari sebelas rokaat baik dibulan romadhon atau diluar romadhon, beliau sholat empat maka jangan engkau tanya akan indah dan panjangnya sholat beliau kemudian sholat empat maka jangan engkau tanya akan indah dan panjangnya sholat beliau kemudian sholat tiga ” Aisyah bertanya : Wahai Rasululloh apakah engkau tidur sebelum engkau witir ? maka Rasululloh menjawab : (( wahai Aisyah sesungguhnya kedua mataku tidur namun hatiku tidak )).
Hadis ini shohih diriwayatkan oleh al Bukhoriy dalam shohihnya no. 1147 dan Muslim dalam shohihnya no. 738.
Sisi pendalilan dari hadis adalah tekstual bilangan empat – empat – tiga.
Namun sisi pendalilan ini dibantah oleh pemegang pendapat pertama dengan menyatakan bahwa tekstual hadis ini diperinci dengan hadis Aisyah yang lain yang menyatakan dengan tegas salam disetiap dua rokaatnya dan witir satu rokaat yaitu pada hadis sebelumnya.
Kami tambahkan disini, bahkan sebagian ulama semisal Ibnu Utsaimin dalam Asy Syarhul Mumti’ menjadikan hadis – hadis yang terdapat perincian salam sebagai patokan untuk menghukumi hadis – hadis yang hanya menyebut bilangan tanpa menyebut salam wallohu a’lam.
Kesimpulan : pendapat yang rojih yang kami ikuti dalam masalah ini adalah pendapat mayoritas ulama yaitu salam disetiap dua rokaat menilik kepada kuatnya dalil dan sisi pendalilan serta terbebasnya dalil – dalil tersebut dari bantahan yang berarti.

والله أعلم وصلى الله على محمد وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari