Jumat, 28 Mei 2010


Faedah I


MENYATUKAN KEDUA TELAPAK KAKI


DIWAKTU SUJUD



Berikut adalah terjemahan dari sebagian tulisan berharga karya yang mulia Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid yang lengkapnya beliau beri judul “ la jadida fi ahkamish sholat ( tidak ada yang baru dalam hukum – hukum sholat ) ” selamat merenungi semoga Alloh memberikan hidayahNya kepada kita semua .


Permasalahan ini diberi judul demikian dan juga “ merapatkan kedua tumit diwaktu sujud ” atau “ mengumpulkan kedua tumit ” atau “ mengumpulkan kedua telapak kaki ”.


Aku berusaha untuk meneliti dibeberapa kitab yang dikenal dari kitab – kitab fikih empat madzhab tentang tata cara posisi kedua telapak kaki diwaktu sujud yaitu berupa disatukan ataukah direnggangkan, namun hal tersebut tidaklah aku dapati dikitab – kitab madzhab Hanafiyyah ataupun Malikiyyah akan tetapi aku dapati dikitab – kitab madzhab Syafi’iyyah dan Hanabilah akan disunnahkannya merenggangkan kedua telapak kaki bahkan Syafi’iyyah menambahkan : direnggangkan selebar satu jengkal.


Berkata an Nawawiy rahimahulloh ta’ala dalam kitabnya ar Raudhoh ( 1 / 259 ) : “ aku nyatakan bahwa kawan – kawan kami semadzhab mereka mengatakan : dan disunnahkan untuk merenggangkan kedua telapak kaki. Berkata Qodhi Abut Thoyyib : kawan – kawan kami semadzhab menyatakan : yaitu antara keduanya berjarak satu jengkal ”_selesai. Berkata asy Syirozy dalam kitabnya al Muhadzdzab : “ dan merenggangkan kedua telapak kakinya berdasar apa yang diriwayatkan oleh Abu Humaid dst ”. an Nawawiy menyebutkan dalam kitabnya al Majmu’ ( 3 / 373 ) pernyataan senada dengan ucapannya dalam kitabnya ar Roudhoh. Sedangkan dalam madzhab Hanabilah maka berkata al Burhan Ibnu Muflih ( wafat th. 884 ) rahimahulloh dalam kitabnya al Mubdi’ ( 1 / 453 ) : “ dan merenggangkan kedua lututnya serta kedua telapak kakinya dengan alasan bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam jika beliau sujud maka beliau merenggangkan kedua pahanya, namun Ibnu Tamim dan yang lain menyatakan bahwa disatukan kedua tumitnya ”_selesai.


Disimpulkan dari ini semua bahwa tidak ada disebut sedikitpun dalam empat madzhab menyatukan kedua telapak kaki diwaktu sujud namun paling maksimalnya dalam hal ini adalah apa yang disebutkan oleh Ibnu Muflih al Hanbaliy dari Ibnu Tamim dan yang lainnya bahwa kedua tumit adalah disatukan .


Akupun telah meneliti dalam kitab – kitab yang menyebutkan riwayat dalam madzhab Imam Ahmad namun aku tidak menemukan adanya sebuah riwayat dari pendapat imam Ahmad bahkan al Mardawiy didalam kitabnya al Inshof tidak menoleh sama sekali terhadap pendapat Ibnu Tamim ini, sementara yang menjadi ketetapan dalam madzhab Hanabilah adalah merenggangkan kedua telapak kaki diikutkan kepada sunnahnya merenggangkan kedua lutut dan kedua paha. Maka apa yang disebutkan oleh Ibnu Tamim adalah cabang masalah yang ganjil yang tidak disebut dalam riwayat dari Imam Ahmad terlebih lagi beliau tidak menyebutkan pendahulu beliau dalam pendapatnya ini sehingga hal ini tidak mungkin untuk dijadikan cabang masalah yang ditakhrij dalam madzhab, tinggallah permasalahannya sekarang adalah kita tidak mengetahui dari mana Ibnu Tamim dan yang lainnya tersebut mendatangkan pendapatnya tersebut ? menyelisihi beliau adalah perkara yang mudah sebab sunnahlah yang menjadi timbangan dan kepada sunnahlah tempat merujuk .


Apabila Ibnu Tamim dan yang lainnya yang tidak disebutkan namanya tadi adalah orang yang menyendiri dengan pendapat tersebut dari madzhab yang empat maka Imamul Aimmah Ibnu Khuzaimah beliau adalah orang yang menyendiri dari kalangan para muhaddits sepanjang telaah kami dengan memberikan judul dalam kitabnya as Shohih ( 1 / 328 ) : “ bab menyatukan kedua tumit diwaktu sujud ” kemudian beliau memaparkan lengkap dengan sanadnya sesudah judul diatas hadis Aisyah istri Nabi bahwa beliau rodhiyallohu anha berkata :


((فقدت رسول الله وكان معي على فراشي, فوجدته ساجداً, راصاً عقبيه, مستقبلاً بأَطراف أَصابعه القبلة, فسمعته يقول . . . . .)) الحديث




Artinya : (( aku merasa kehilangan Rasululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam yang tengah tidur bersamaku maka aku dapatkan ternyata beliau sedang dalam keadaan sujud menyatukan kedua tumitnya dengan jari – jari telapak kaki yang menghadap kekiblat dan aku mendengar beliau mengucap doa dst )) al hadits .


Berangkat dari ini muncul sebagian orang dizaman ini yang menempatkan riwayat ini kedalam bilangan hadis yang shohih serta menetapkannya sebagai sunnah amaliyyah diantara sunnah – sunnah sujud. Hal ini tentulah menuntut untuk diadakannya penelitian serius terhadap hadis ini serta terhadap lafadz tambahan yang ada didalamnya yaitu (( menyatukan kedua tumit beliau )).


Maka aku katakan : sumber asal hadis ini adalah dalam shohih Muslim ( 1 / 352 ) dengan sanadnya dari Ubaidullah bin Umar al Umariy dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari al A’roj dari Abu Hurairoh dari Aisyah berkata :



((فقدت رسول الله ليلة من الفراش, فالتمسته فوقعت يدي على بطن قدميه, وهو في المسجد, وهما منصوبتان, وهو يقول: اللهم أعوذ برضاك من سخطك . . .)) الحديث



Artinya : (( aku merasa kehilangan Rasululloh disuatu malam dari ranjangku maka aku beruasaha mencari beliau dan tiba – tiba kedua telapak tanganku menyentuh kedua telapak kaki beliau sementara beliau dalam keadaan sujud, kedua telapak kaki itu sedang tegak berdiri sedang beliau mengucapkan doa : Ya Alloh aku berlindung dengan keridhoanMu dari kemurkaanMu dst )) al hadis .


Diriwayatkan oleh Ahmad ( 6 / 58 dan 201 ) Abu Daud ( 1 / 547 ) Nasa’iy ( 1 / 102 ) Daruquthniy ( 1 / 143 ) Ibnu Abdul Bar dalam at Tamhid ( 23 / 349 ). Hadis ini juga memiliki jalan sanad lain yaitu dari Yahya bin Sa’id al Anshoriy dari Muhammad bin Ibrahim at Taiymi dari Aisyah radhiyallohu anha berkata :



((كنت نائمة إلى جنب رسول الله ففقدته من الليل, فلمسته بيدي, فوضعت يدي على قدميه, وهو ساجد, يقول: . . .)) الحديث



Artinya : (( suatu kali aku tidur disamping Rasululloh sholallohu ‘alaihis salam maka pada sebuah malam aku merasa kehilangan beliau sehingga aku berusaha mencari beliau dengan tanganku dan tiba – tiba tanganku aku letakkan pada kedua telapak kaki beliau sementara beliau dalam keadaan sujud seraya berucap doa dst )) al hadis.


Diriwayatkan oleh Malik dalam Muwatho’ ( 1 / 214 ) Tirmidzy ( 5 / 489 ) Nasa’iy ( 2 / 222 ) Thohawiy dalam Syarah Ma’aniy al Atsar ( 1 / 234 ) Baghowiy dalam Syarhus Sunnah ( 5 / 166 ) .


Inilah secara global apa yang shohih dalam riwayat hadis Aisyah rodhiyallohu anha, lafadz ini dalam shohih Muslim dan lainnya adalah berbunyi (( maka tiba – tiba kedua tanganku menyentuh kedua telapak kaki beliau )) sedang dalam riwayat Malik berbunyi (( maka tiba – tiba tanganku kuletakkan pada kedua telapak kaki beliau )) dalam kesemua itu sepanjang pengetahuanku tidak terdapati seorangpun yang memberikan judul sebagai dalil atas disatukannya kedua telapak kaki orang yang sujud. Hal ini tiada lain adalah dikarenakan bahwa menyentuhnya tangan atau diletakkannya tangan pada kedua telapak kaki tidaklah mengharuskan dari hal tersebut bersatunya kedua telapak kaki sementara sunnah – sunnah itu tidaklah diambil dari pemahaman semisal demikian ini, terlebih lagi sunnah amaliyah dalam syiar terbesar dalam Islam yang dzohiroh _wallohu a’lam .


Yang tersisa sekarang adalah sebuah lafadz dalam hadis Aisyah diatas yang berbunyi (( maka aku dapati beliau sedang sujud dalam keadaan menyatukan kedua tumit )) yang lafadz ini merupakan teks yang tegas didalam permasalahan orang yang sujud menyatukakan kedua tumit . Namun, bagaimanakah derajat lafadz ini ? dan apakah ia dari jalan rowi yang disebut dalam riwayat Muslim dan selainnya ? ataukah dari jalan lain ?


Maka aku nyatakan bahwa hadis dengan lafadz yang berbunyi demikian adalah bersumber dari jalan lain yang ditakhrij oleh Ibnu Khuzaimah ( 653 ) dengan diberi judul ( bab, menyatukan kedua tumit dalam sujud ) kemudian dari jalan beliau hadis ini ditakhrij oleh Ibnu Hibban ( 1933 ) Thohawiy dalam Syarh Ma’ani al Atsar ( 1 / 234 ) juga dalam Syarh Musykilil Atsar ( 111 ) Hakim dalam Mustadrok ( 1 / 228 ) Baihaqiy dalam Kubro ( 2 / 116 ) dan Ibnu Abdul Bar dalam Tamhid ( 23 / 348 ) namun tidak satupun dari ulama yang disebut diatas yang memberikan judul pada point inti dipembahasan ini.


Sanad lafadz ini disisi para ulama tersebut seluruhnya adalah dari jalannya Sa’id bin Abi Maryam berkata telah memberitakan kepada kami Yahya bin Ayyub berkata telah menceritakan kepadaku Umaroh bin Ghoziyah berkata aku telah mendengar Abu Nadhr berkata aku mendengar Urwah berkata bahwa Aisyah berkata :



((فقدت رسول الله وكان على فراشي, فوجدته ساجداً, راصاً عقبيه, مستقبلاً بأَطراف أصابعه القبلة, فسمعته يقول: . . . .)) الحديث



Artinya : (( aku merasa kehilangan Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam yang ketika berada diranjangku maka tiba – tiba aku dapati beliau sedang bersujud dalam keadaan menyatukan kedua tumit dengan menghadapkan jemari kaki beliau kearah kiblat dan aku mendengar beliau berucap doa dst )) al hadis .


Berkata Hakim usai membawakan hadis dengan lafadz ini : “ ini adalah hadis shohih yang sesuai dengan syarat dua syaikh yaitu Bukhori – Muslim namun keduanya tidaklah mentakhrijnya dengan lafadz ini terlebih aku tidaklah mengetahui adanya seseorang yang menyebut disatukannya kedua tumit dalam sujud kecuali apa yang ada dalam hadis ini ”_selesai. Ucapan beliau disetujui oleh Dzahabiy dalam Talkhish namun persetujuan ini merupakan sesuatu yang ganjil dari Dzahabiy rohimahulloh dimana beliau telah mencacat beberapa hadis lain sebab Yahya bin Ayyub dalam kitab Talkhish lil Mustadrok sebagaimana dalam ( 2 / 201, 3 / 97, 4 / 44 & 243 ) .


Yahya bin Ayyub rohimahulloh meskipun beliau seorang rowi yang ditakhrij oleh jama’ah ( yaitu imam penyusun enam kitab hadis induk ) kecuali Bukhori yang tidak lain beliau hanya mentakhrijnya dalam barisan pendukung bukan utama namun komentar para hafidz tentangnya adalah berbeda – beda dengan persilangan perbedaan yang banyak antara yang menghukuminya sebagai rowi tsiqqoh, yang menghukuminya rowi cacat atau yang menghukuminya secara pertengahan. Hal ini disebabkan ditemukannya keganjilan – keganjilan dalam hadis beliau juga riwayat – riwayat yang mungkar sehingga riwayat beliau mesti disikapi hati – hati .[1]


Diantara komentar yang aku rasa paling adil tentang kedudukan beliau adalah komentar Imam Ahmad rohimahulloh dimana beliau sebagaimana dinukil dalam kitab Du’afa’ karya Uqailiy ( 211 ) berkata : “ Ahmad bin Muhammad berkata bahwa aku mendengar Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad berkata saat disebut nama Yahya bin Ayyub al Mishriy : beliau termasuk menyebarkan hadis dengan berpegang pada hapalannya. Maka akupun menyebutkan kepada Imam Ahmad diantara hadisnya yaitu Yahya bin Ayyub dari Amroh dari Aisyah bahwa Nabi sholallohu ‘alai wasallam membaca dalam witir beliau, maka tiba – tiba Imam Ahmad berkomentar : hah ! siapa yang membawa hadis ini ? ”_selesai.


Kesimpulan : bahwa hadis Aisyah rodhiyallohu anha asalnya shohih ada dalam shohih Muslim dan lainnya namun tidak terdapati dalam lafadz yang shohih disisi Muslim dan yang bersamanya : disatukannya kedua tumit diwaktu sujud, tidak pula ia disebut – sebut dalam hadis – hadis sahabat yang panjang lagi terkenal yang memberitakan secara rinci tata cara sholat Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam sementara mereka telah menyebut pengarahan jemari kaki kearah kiblat serta disatukannya jemari tangan diwaktu sujud beliau sholallohu ‘alaihi wasallam .


Kemudian bahwa lafadz tambahan yang berbunyi (( dalam keadaan beliau menyatukan kedua tumit dalam sujud )) adalah syadzah ( keliru ) dimana Ibnu Khuzaimah telah menyendiri didalam mentakhrijnya dan diikuti oleh ulama yang meriwayatka hadis ini dari jalan beliau yaitu Ibnu Hibban berikut orang – orang sesudahnya dan bahwa keadaan yang sebenarnya adalah sesuai apa yang dinyatakan oleh Hakim yaitu “ aku tidak mengetahui ada seorangpun yang menyebut disatukannya kedua tumit dalam sujud kecuali apa yang ada dalam riwayat ini ”_selesai .


Ini merupakan kesimpulan hasil pengkajian yang memberikan faedah akan kelirunya lafadz tambahan ini, kemudian bahwa judul yang diberikan Ibnu Khuzaimah terhadap riwayat ini ( bab, disatukannya kedua tumit dalam sujud ) beliau maksudkan adalah fikih dari riwayat ini yang beliau paparkan dengan sanadnya tanpa menoleh kepada shohih dan tidakknya riwayat tersebut, bukan maksud beliau adalah semata akan shohihnya riwayat tersebut . hal demikian ini banyak ditemukan dalam judul – judul yang beliau berikan, maka renugkanlah ! diantara buktinya adalah apa yang telah lewat sebelumnya tentang judul yang beliau berikan terhadap riwayat bersanad akan disatukannya kedua paha dalam sujud dan telah disimpulkan akan kelirunya riwayat tersebut maka demikian pula riwayat disatukannya kedua paha disini .


Kesimpulan yang lain bahwa disatukannya kedua telapak kaki dalam sujud tidaklah dikenali padanya terdapati atsar dari para salaf baik kalangan sahabat maupun sesudah mereka, tidak pula bisa sampai dengan sempurna penelitian tafri’ dari seorang ahli fikihpun yang menyinggung disyari’atkannya penyatuan kedua telapak kaki diwaktu sujud kecuali apa yang disebut oleh Ibnu Tamim berikut orang yang tak disebut namanya dari kalangan Hanabilah, boleh jadi itu merupakan kekeliruan pemahaman .


Jadi yang tersisa untuk dinyatakan dikesempatan ini adalah bahwa yang disyari’atkan bagi orang yang sujud adalah merenggangkan kedua telapak kakinya sebagai wujud pengembalian kepada posisi asal diwaktu berdiri dalam sholat. Berkata al Murdawiy dalam kitabnya Inshof ( 2 / 69 ) : “ beberapa faedah diantaranya ; disunnahkan untuk merenggangkan kedua kaki diwaktu berdiri … dan dinyatakan dalam kitab al Mustau’ib : makruh menyatukan kedua mata kakinya ”_selesai .


Tiada lain pula karena sunnah dalam sujud adalah seimbang dalam tata cara, dalam kerenggangan, dalam mengarah dan dalam anggota sujud yang diantaranya adalah direnggangkannya kedua lutut, kedua paha dan kedua telapak kaki yang keduanya mengikuti kedua paha sehingga sunnah pada kedua telapak kakipun demikian.


Maka ditetapkan dengan ini bahwa sunnah kedua telapak kaki diwaktu sujud adalah direnggangkan secara seimbang menyesuaikan sifat badan tanpa berlebihan dalam perenggangan tanpa pula kasar dalam penyatuan, demikianlah Kami jadikan kalian umat yang adil. Wallohu a’lam .[2]


والله أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم والحمد لله .










[1] Kami tambahkan disini bahwa syaikh al Albaniy menyebut Yahya bin Ayyub ini pada dua tempat dalam masalah sujud dalam kitab beliau yang sangat berharga yaitu Ashlu Shifati Sholat, pada tempat pertama dalam masalah menyatukan kedua telapak kaki dalam sujud maka beliau tidak mencacat Yahya bin Ayyub namun dalam tempat kedua yaitu pada masalah doa – doa sujud maka beliau mengomentari Yahya bin Ayyub ini dengan komentar yang berdampak pada lemahnya riwayat beliau padahal kedua masalah tersebut berporos pada satu hadis, maka hendaknya anda jeli dalam hal ini !_pent.



[2] Faedah : pernah suatu kesempatan ustadz kami al ustadz Dzulqornain dalam sebagian durus ditanya tentang menyatukan kedua telapak kaki diwaktu sujud ? maka beliau menjawab : “ hadis dalam masalah ini ada kelemahan padanya ”_pent.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari