Jumat, 28 Mei 2010

SERIAL FAWAID AL QUR-AN

Faidah I :

FAWAID AYAT KE 62 SURAT AN NUR

قال الله تعالى : { إِنّمَا الْمُؤْمِنُونَ الّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُواْ مَعَهُ عَلَىَ أَمْرٍ جَامِعٍ لّمْ يَذْهَبُواْ حَتّىَ يَسْتَأْذِنُوهُ إِنّ الّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُوْلَـَئِكَ الّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا اسْتَاْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَن لّمَن شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللّهَ إِنّ اللّهَ غَفُورٌ رّحِيمٌ } النور : 62

Terjemahan ayat : { orang – orang yang beriman tiada lain adalah mereka yang beriman terhadap Alloh dan RasulNya dan yang jika mereka sedang bersamanya diatas perkara yang jami’ maka mereka tidak akan pergi sehingga mereka meminta izin kepadanya, sesungguhnya orang – orang yang meminta izin kepadamu mereka itulah orang – orang yang beriman terhadap Alloh dan RasulNya maka jika mereka meminta izin kepadamu untuk sebagian urusan mereka, berikanlah izin bagi siapa yang engkau inginkan dari antara mereka dan mintakanlah ampunan untuk mereka kepada Alloh, sesungguhnya Alloh adalah Ghofur Dzat Maha Pengampun dan Rohim Dzat Maha Pemberi rohmah kepada hambanya } An Nur : 62 _selesai .

Fawaid dari ayat diatas diantaranya sbb :

1. Maksud dari { perkara yang jami’ } adalah perkara ketaatan yang mereka berkumpul padanya semisal jihad, sholat ied ( hari raya ), sholat jumu’at dsb .[1]

2. Yang berhak dimintai izin dalam perkara ketaatan secara tekstual ayat adalah Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam namun hukum yang dikandung ayat ini adalah penguasa .[2]

3. Atas dasar faedah ke 2 diatas maka ayat ini bukanlah dalil bagi pimpinan – pimpinan hizbiyyah yang mengikat setiap anggotanya dengan keharusan meminta izin kepada mereka dalam setiap perkara walaupun perkara ketaatan semisal berinfak, menghadiri jenazah muslim, menghadiri undangan walimah dsb, bahkan ayat ini merupakan bantahan atas kebatilan mereka tersebut .[3]

4. Atas dasar faedah ke 1 diatas terbantahlah seruan – seruan jihad para penyeru hizbiyyah yang tidak memperhatikan hak penguasa untuk dimintai izin didalamnya .[4]

5. Diantara kondisi yang menuntut seseorang untuk meminta izin adalah majelis ilmu bersama seorang guru dimana ia berada didalamnya dan hendak keluar meninggalkan mejelis tersebut untuk keperluan tertentu . [5]

6. Penguasa memiliki hak pemberian izin atau penolakan izin berdasar kebijaksanaannya dan atas rakyat yang meminta izin wajib taat dan bersabar, namun hendaknya penguasa mempermudah urusan rakyatnya .[6]

7. Seorang guru kalangan Ahlus Sunnah jika ada muridnya yang meminta izin untuk menghadiri atau berpindah kepada guru kalangan Ahlus Sunnah yang lainnya hendaknya memberikan izin dan tidak mengekang perwalian dan permusuhan dalam dien ini dengan seseorang kecuali Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam atau dengan ucapan seseorang selain beliau sholalllohu ‘alaihi wasallam .[7]

8. Maksud firmanNya { orang – orang yang beriman tiada lain adalah } adalah orang – orang yang sempurna imannya .[8]

9. Ayat ini termasuk dalil bahwa amal lahiriyah termasuk iman sebab meminta izin adalah amal lahiriyah .

10. Perintah meminta izin kepada Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dan perintah Alloh kepada beliau untuk memintakan ampunan bagi orang yang meminta izin dalam ayat ini adalah hanya ketika beliau sholallohu ‘alaihi wasallam masih hidup, adapun sesudah beliau meninggal maka mu’amalah duniawiyah secara langsung dengan beliau seperti ini tidak disyariatkan lagi . Maka ayat ini bukanlah dalil bagi sebagian shufiyyah yang mengamalkan ajaran meminta izin kepada beliau sholallohu ‘alaihi wasallam sementara beliau ghoib darinya atau ajaran meminta beliau beristighfar untuknya ketika menziarahi makam beliau yang mulia .[9]

والله أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم والحمد لله .



[1] Berkata al mufassir al Qurthubiy dalam al Jami’ liahkamil Qur-an rohimahulloh : ( ada perbedaan pendapat dalam maksud dari { amrin jami’ } dalam ayat ini ? ada yang berpendapat bahwa maksudnya adalah perkara yang seorang penguasa membutuhkan rakyatnya untuk berkumpul padanya untuk dia mengumumkan sebuah kemashlahatan berupa penegakan sunnah dalam dien ini atau untuk menteror musuh dengan berkumpulnya rakyat atau untuk berperang …dst dan berkata Makhul serta az Zuhriy ( sholat jumu’ah termasuk amrin jami’ ) …dst diriwayatkan pula bahwa ayat ini turun dihari – hari perang khondaq … dst dan dari Ibnu Abbas menyatakan ( ayat ini berkenaan dengan Umar yang meminta izin Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam untuk pergi umroh … dst dan aku nyatakan : pendapat yang benar adalah yang pertama karena luasnya cakupannya terhadap semua pendapat. Adapun Ibnul Arobiy maka ia memilih pendapat yang dari Malik dan Ibnu Ishaq bahwa hal ini khusus pada peperangan )_selesai .

Berkata al hafidz al mufassir Ibnu Katsir dalam tafsirnya rohimahulloh : ( sebagaimana Alloh memerintahkan mereka untuk meminta izin jika mereka ingin memasuki rumah Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam maka demikian halnya mereka diperintahkan meminta izin jika ingin keluar meninggalkan rumah beliau terlebih jika mereka sedang berada pada perkara yang jami’ bersama Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam seperti dalam sholat jumu’ah atau ied atau jama’ah atau sedang dalam musyawarah dan semisal itu )_selesai dari Tafsir al Qur-an al ‘Adzim ( 4 / 321 – 322 ).

Adapun yang tertera pada fawaid adalah penafsiran al mufassir Ibnul Jauziy rohimahulloh dalam Zadul Masir ( 6 / 67 ) .

[2] Berkata al Mufassir al Qurthubiy rohimahulloh : ( dan imam yang dimintai izin adalah imam pemerintahan ) juga berkata : ( tekstual ayat mengharuskan untuk meminta izin kepada imam pemerintahan yang dia itu dalam kedudukan nubuwwah )_selesai . Diketahui dari faedah ini makna hadis Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu riwayat al Bukhoriy – Muslim yaitu : ( aku bertemu Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam disebuah gang dari jalan – jalan kota Madinah sedang aku dalam keadaan junub, maka aku bersembunyi dari menemui beliau hingga aku mandi kemudia aku menemui beliau sehingga beliaupun bersabda menegurku { dari manakah kamu wahai Abu Huroiroh ! } aku menjawab : sesungguhnya aku junub dan aku tidak senang jika bermajelis denganmu dalam keadaan junub. Beliau bersabda : { sesungguhnya seorang mukmin tidaklah najis }_selesai. Sebagian ulama menyebut diantara faedah hadis ini adalah disukainya bagi seorang yang bermulazamah untuk meminta izin kepada syaikhnya jika tidak menghadiri syaikh . ( lihat Taisirul ‘allam Syarh Umdatil Ahkam )

[3] Berkata as Syaikh Bakr Abu Zaid rohimahulloh dalam Hilyah Tholibil ‘ilmi ( 20 ) : ( wahai penuntut ilmu ! jadilah kamu seorang salafy yang kokoh diatas jalan salaf ! waspadalah dari ahlul bid’ah untuk memfitnahmu !sesungguhnya mereka mempergunakan berbagai jalan untuk mengikatmu )_selesai .

[4] Diantara ushul manhaj ahlis sunnah adalah ( bahwa berjihad memerangi musuh tetap disyari’atkan yaitu bersama penguasa yang sholih maupun yang fajir ) lihat Ushulus Sunnah karya al imam Ahmad bin Hambal rohimahulloh dengan beberapa perincian dan argument walhamdulillah telah kami paparkan dalam [ al ifadah bitaudhihi maqoshidi ushulis sunnah / ad durrun nadhid fitaudhihi maqoshidi aqidati Qutaibah bin Said ] dll .

[5] Dari Abu Huroiroh beliau berkata bahwa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ إذا انتهى أحدكم إلى المجلس فليسلم, فإذا أراد أن يقوم فليسلم, فليست الأولى بأحق من الاَخرة } رواه أبو داود والترمذي وقال : حديث حسن

Artinya : { jika salah seorang dari kalian memasuki sebuah majelis maka ucapkanlah salam dan jika hendak meninggalkannya maka ucapkan pula salam, tidaklah yang pertama lebih berhak disbanding yang akhir } HR. Abu Dawud dan at Tirmidziy, beliau katakan : ini hadis yang hasan .

Berkata pula as Syaikh Bakr Abu Zaid rohimahulloh dalam hilyahnya ( 17 ) : ( dan jika nampak dalam pandanganmu untuk berpindah kepada syaikh ( guru ) yang lainnya maka hendaknya kamu meminta izin dari syaikhmu sebab hal itu lebih mengundang rasa hormatmu kepadanya juga lebih mengusai qolbunya dalam mencintaimu dan bersikap lembut kepadamu … ) .

[6] Berkata al hafidz Ibnu Katsir rohimahulloh dalam tafsirnya : ( kemudian Alloh memerintahkan kepada RasulNya sholallohu ‘alaihi wasallam jika ada seseorang yang meminta izin kepada beliau untuk memberikan izin kepadanya jika beliau menginginkannya )

Dari Aisyah rodhiyallohu anha bahwa beliau mendengar Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

« اللهم من وَلي من أمر أُمتي شيئاً فشق عليهم فاشقق عليه ، ومن وَلِيَ من أمر أمتي شيئاً فرفق بهم فارفق به » رواه مسلم

Artinya : { wahai Alloh ! barang siapa yang mengurus urusan umatku namun ia memperberat mereka maka binasakan ia dan barang siapa yang mengurus urusan umatku sedang ia lemah lembut atas mereka maka berikan kelembutanMu kepadanya } HR. Muslim

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma bahwa Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

« من كَرِه مِنْ أَمِيرِهِ شيْئاً فَليَصبِر ، فإنَّهُ مَن خَرج مِنَ السُّلطَانِ شِبراً مَاتَ مِيتَةً جاهِلِيةً » متفقٌ عليه

artinya : { barang siapa yang tidak menyukai sesuatu dari penguasanya maka bersabarlah ! sebab barang siapa yang keluar dari ketaatan penguasa meski sejengkal dan ia mati padanya niscaya kematiannya seperti kematian jahiliyyah ( yaitu tidak mentaati penguasa ) } HR. al Bukhoriy – Muslim .

[7] lihat al Fatawa li Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah rohimahulloh [ 18 / 13 ] beliau berkata : ( dan tidak diperkenankan bagi seorangpun dari para guru untuk mengambil perjanjian atas seseorang dari muridnya untuk selalu menyetujui apa yang dia inginkan atau untuk membela siapa yang dia bela dan memusuhi siapa yang dia musuhi, bahkan siapa saja yang melakukan hal ini maka ia termasuk jenis jengis khan dan semisalnya dari kalangan yang menjadikan kawan siapa yang menyetujuinya dan menjadikan musuh siapa yang berbeda dengannya ) .

[8] Berkata al hafidz Ibnu Katsir rohimahulloh dalam tafsirnya : ( Alloh memerintahkan mereka untuk mereka tidak berpisah dari beliau sholallohu ‘alaihi wasallam dalam kondisi yang disebutkan kecuali sesudah meminta izin dan bermusyawarah dengan beliau, sesungguhnya barang siapa yang melakukan hal tersebut maka berarti dia termasuk orang yang beriman dengan sempurna )_selesai .

[9] Berkata al ‘Allamah Sholih al Fauzan hafidzohulloh dalam menjelaskan ucapan Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam al Kafiyah ( Pasal yang menjelaskan tentang pembahasan seputar kehidupan para nabi sholallohu ‘alaihim wasallam dialam kubur ) beliau berkata : ( dan bukanlah makna keberadaan beliau sholallohu ‘alaihi wasallam hidup dikehidupan barzahiyyah boleh diminta dari beliau bantuan pertolongan dengan istighotsah atau tholab midad, bukan demikian sebab demikian adalah kebatilan . Sebagian pelaku kekhurofatan ini mereka berargument dengan Firman Alloh semisal dalam surat an Nisa yang artinya { seandainya saja tatkala mereka berbuat dosa mereka mendatangimu dan mereka beristighfar kepada Alloh dan rasulpun memintakan istighfar untuknya } kami terangkan bahwa ini dimasa beliau masih hidup didunia sebagaimana dahulu para sahabat dimasa hidup beliau melakukan apa yang disebut dalam ayat, adapun sesudah beliau meninggal sholallohu ‘alaihi wasallam maka mereka tidaklah melakukannya )_selesai dari Taliq Mukhtashor alal Kafiyah [ 684 ] .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari