Sabtu, 12 Juni 2010

Serial Fawaid Ilmu IV

Obat Penyakit Mematikan

قال شيخ الإسلام ابن القيم رحمه الله :
والجهل داء قاتل وشـفاؤه *** أمران في التركيب متفـقان
نص من القرآن أو من سنة *** وطبيب ذاك العالم الربانـي

Berkata Syaikhul Islam Ibnul Qoyyim rohimahulloh :
“ dan kebodohan adalah penyakit mematikan sedang obatnya
Adalah dua perkara yang selalu saling cocok dalam susunannya
Yaitu nash dari al Qur’an atau nash dari Sunnah
Dan dokternya adalah seorang alim robbaniy ”.
Penjelasan dari Al ‘Allamah Sholih bin Abdulloh al Fauzan hafidzohulloh : “ kebodohan tanpa diragukan lagi merupakan penyakit mematikan namun ia ada obat dan dokternya, sehingga pengebatan semata tiadalah mencukpi akan tetapi wajib adanya dokter yang membimbing cara menggunakannya. Artinya, obatnya telah ada yaitu al Qur’an dan as Sunnah sebagaimana resep obat yang telah diracik namun ini membutuhkan konsultasi ulama dan bertanya kepada mereka. Maka jangan engkau berpijakan kepada pemahanmu semata juga kepada kitab – kitabmu akan tetapi ia butuh kepada konsultasi kepada ulama, butuh kepada bermajelis dengan mereka, mengambil ilmu dari halaqoh – halaqoh mereka, tidak pantas sama sekali belajar ilmu tanpa ada pengajarnya sebagaimana obat juga tidak dikonsumsi melainkan dengan bimbingan dari dokter. Meski demikian ulamanyapun mesti seorang alim robbaniy sebab diantara sekian barisan ulama ada ulamanya kesesatan, sehingga yang wajib atasmu adalah mengambil ilmu dari seorang alim yang menyandang ketaqwaan dan selamat aqidah, niat dan tujuannya. Robbaniy adalah yang membimbing manusia diatas al haq, Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu berkata : ( Robbaniy ialah yang mengajari manusia ilmu – ilmu dasar sebelum ilmu – ilmu yang besar ). Artinya robbaniy adalah seorang murobbiy yang memiliki keahlian mengajar setahap demi setahap, mengajari manusia berbagai persoalan setahap demi setahap. Inilah thoriqoh yang benar, wal hasil mesti ada bertahap dalam belajar, setahap demi setahap ”_selesai dari ta’liq mukhtashor alal kafiyah hal. 1010 – 1011.
Dalam kaitannya dengan faedah dari Ibnul Qoyyim rohimahulloh diatas ada terkandung sebuah isyarat akan pentingnya menimba ilmu dari para pemiliknya atau yang dikenal dengan ahli ilmu atau ulama. Rasululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا } رواه البخاري ومسلم من حديث عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما .

Artinya : { sesungguhnya Alloh tidak mencabut ilmu secara serta merta dari manusia namun Dia mencabut ilmu hanyalah dengan diwafatkan ulama sehingga jika tidak ada lagi Dia sisakan seorang alimpun niscaya manusia akan mengangkat orang – orang jahil sebagai pemimpin maka mereka akan ditanya dan merekapun berfatwa tanpa ilmu sehingga sesatlah mereka juga menyesatkan } HSR. Al Bukhoriy – Muslim dari sahabat Abdulloh bin Amr bin Al ‘Ash rodhiyallohu ‘anhuma.
Berikut akan kita simak beberapa faedah dari hadis agung diatas, kami terjemahkan dari artikel berharga yang ditintakan oleh syaikh DR. Abu Umar Ahmad bin Muhammad Bazmul hafidzohulloh [ salah seorang dosen salafiy di univ. Ummul Quro, Makkah, KSA ] :
“ Ini adalah hadis yang agung, yang berlimpah akan faedah dan makna, yang urgent dalam babnya, yang pengetahuan tentangnya sangat dibutuhkan oleh manusia seluruhnya dikarenakan amal terhadapnya menyimpan kebaikan dunia dan agama serta kebahagiaan didua negeri, dikarenakan juga bahwa meremehkan atau bahkan jahil terhadap kandungan maknanya adalah ketergelinciran yang menyusahkan serta kebinasaan yang membahayakan. Beliau sholallohu ‘alaihi wasallam menerangkan dalam hadis ini bahwa hilangnya ilmu tidaklah seperti yang disangkakan oleh sebagian orang yaitu dengan diangkat dari dada – dada para ulama akan tetapi tidak lain hilangnya ilmu adalah dengan kematian ulama robbaniyyin, al hasil bahwa dengan kematian ulama berarti hilang pula ilmu yang dia miliki jika ilmu tersebut tidak ditimba darinya. Sekelompok dari para salaf yang sholih ridhwanulloh ‘alaihim telah menegaskan akan hal ini, inilah al Baihaqiy menyebutkan didalam al Madkhol Ila Sunanil Kubro dari Abdulloh berkata : ( tahukah kalian bagaimana Islam merosot dari sisi manusia ? mereka menjawab : kami tahu yaitu seperti merosotnya lemak binatang yang gemuk atau sebagaimana pudarnya pewarna pakaian atau juga seperti usangnya dirham sebab panjangnya saku, maka Abdulloh berkata : demikian itu benar termasuk darinya namun lebih besar dari hal itu ialah kematian ulama, disebuah masyarakat terdapati dua alim kemudian wafat salah satu dari keduanya maka pergilah bersamanya setengah dari ilmu penduduk tersebut lalu tinggallah seorang alim saja kemudian ia wafat maka pergilah ilmu dari tengah – tengah mereka, jadi dengan kepergian ulama maka pergilah ilmu ). Dan inilah ad Darimiy, beliau menyebutkan didalam Sunannya dan juga al Marwaziy didalam as Sunnah dari Ibnu Mas’ud berkata : ( wajib atas kalian menimba ilmu sebelum ilmu itu dicabut dari tengah – tengah kalian, dicabutnya ilmu tiada lain adalah dengan kematian para pengusung ilmu. Wajib atas kalian menimba ilmu sebab salah seorang dari kalian sesungguhnya tidak menyadari kapan ia butuh kepadanya atau kapan ia dibutuhkan untuk diambil ilmu darinya. Benar – benar kalian akan mendapati generasi yang kalian kira mereka menyeru kalian kepada kitabulloh padahal mereka sebenarnya telah menanggalkannya jauh – jauh dari punggung mereka. Sekali lagi wajib atas kalian menimba ilmu namun jauhilah oleh kalian berbuat bid’ah, jauhilah takalluf dan pegangilah thoriqoh para pendahulu ! ). Demikian halnya al Baihaqiy telah menyebutkan dalam al Madkhol dari Az Zuhriy berkata : ( para salaf bertutur : “ berpegang dengan as Sunnah adalah keselamatan, ilmu akan diangkat dengan secara singkat dan keberadaan nafas ilmu merupakan kelanggengan agama dan dunia sedang hilangnya ilmu merupakan kebinasaan seluruhnya” ). Dan inilah Al Bukhoriy, beliau menyatakan dalam kitab shohihnya ( kitab al ilmu, bab bagaimanakan dicabutnya ilmu ? bahwa Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat kepada Abu Bakr bin Hazm yang isinya : perhatikanlah ! apa yang berupa hadis rasulullloh sholallohu ‘alaihi wasallam maka tulislah ! sebab aku khawatir akan punahnya ilmu serta kematian para ulama, jangan engkau terima kecuali hadis rasululloh ! dan hendaknya engkau menelitinya dan duduk bermajelis sehingga orang yang belum berilmu menjadi berilmu, sebab ilmu tiada akan binasa melainkan jika telah tersembunyi ). Berkata pula Ibnul Qoyyim : ( keutuhan agama dan dunia adalah pada keberadaan ilmu dan dengan perginya ilmu maka berarti punahlah agama dan dunia maka tiang agama dan dunia tiada lain adalah ilmu ).
Seorang alim adalah siapa saja yang berilmu akan al Qur’an dan as Sunnah dengan faham salafus sholih.
Adalah Tirmidziy dan Abu Dawud keduanya telah menyebutkan dari Abu Darda’ dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ إن العلماء ورثة الأنبياء وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما وإنما ورثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظ وافر }

Artinya : { sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham namun tiada lain hanyalah mewariskan ilmu maka barang siapa yang mengambil bagian darinya hendaknya ia mengambil bagian yang banyak }
Demikian pula Tirmidzi menyebutkan didalam sunannya dari Abdulloh bin Amr rodhiyallohu ‘anhuma berkata bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ إن بني إسرائيل افترقت إلى ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا واحدة } قالوا : ومن هي يا رسول الله ؟ قال : { ما أنا عليه وأصحابي }

Artinya : { sesungguhnya bani israil berpecah menjadi tuju puluh dua millah dan sesungguhnya umatku ini akan berpecah menjadi tuju puluh tiga millah, kesemuanya dineraka kecuali satu millah } para sahabat bertanya : siapakah dia wahai rasululloh ? beliau bersabda : { apa yang aku dan para sahabatku berada diatasnya }
Kedua hadis ini menunjukkan bahwa seorang alim adalah yang menyandang sifat – sifat tersebut yaitu ilmu akan al Qur’an dan as Sunnah diatas thoriqoh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Namun bisa jadi ada terlintas pertanyaan : meskipun ulama telah wafat maka sesungguhnya al Qur’an masihlah tetap dihapal demikian sunnah – sunnah masih tetap dihapal, jadi bagaimana bisa dinyatakan ilmu telah hilang dan diangkat dari tengah – tengah penduduk bumi ini ?
Pertanyaan semisal ini telah dijawab oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Majah didalam sunannya dari Ziyad bin Labid berkata : bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam membicarakan sesuatu perkara kemudia beliau bersabda : { itulah permulaan hilangnya ilmu } maka aku bertanya : wahai rosululloh, bagaimana bisa dinyatakan ilmu hilang sementara kita masih membaca al Qur’an dan mengajarkannya kepada anak – anak kami demikian juga dibaca oleh anak – anak kami dan diajarkan kepada anak – anak mereka hingga datang hari kiyamat ? maka beliau bersabda : { celakalah engkau wahai Ziyad ! aku kira engkau adalah orang paling cerdas dari kalangan penduduk madinah, bukankah yahudi dan nashoro mereka masih membaca taurot dan injil namun mereka tidak beramal sedikitpun terhadap isinya ? }. Hadis ini menunjukkan bahwa ilmu akan tetap utuh keberadaannya jika ditimba dari pemiliknya, jika diwarisi oleh generasi berikutnya dari pendahulunya dan bahwa ilmu akan diangkat jika tidak ditimba dari pemiliknya, ia ditelantarkan oleh para penuntut ilmu dimana mereka sibuk dari ilmu syar’iy dengan perkara – perkara lain meskipun mereka menyangka bahwa mereka disibukkan oleh ilmu semisal fikih waqi’ atau kisah - kisah bertuah yang tidak dibangun diatas al Qur’an dan as Sunnah, semisal juga buku – buku pemikiran, renungan dan bisikan – bisikan dll yang telah meracuni para pemuda islam ini dengan slogan kebangkitan islamiy.
Diantara beberapa perkara yang menunjukkan akan pentingnya menimba ilmu dari ahli ilmu serta pentingnya menyiarkan ilmu ketengah – tengah masyarakat adalah :
Perintah Alloh dalam firmanNya :

{ فاسألوا اهل الذكر إن كنتم لا تعلمون }

Artinya : { dan bertanyalah kalian kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui }. Sisi pendalilan dari ayat tersebut ; bahwa Alloh tidak memerintahkan kita untuk bertanya kepada sembarang orang namun hanya kepada ahli ilmu.
Perkara kedua, untuk tujuan eksistensi ilmu dengan segar sehingga dapat ditimba oleh setiap masyarakat dari generasi sebelumnya, andaikan ilmu tidak ditimba dari ulama niscaya ilmu akan hilang sebagaimana disebutkan oleh Al Baihaqiy didalam Al Madkhol dari Abdulloh bin Ubaid berkata : ( sesungguhnya ulama jika ditemui oleh para penuntut ilmu maka meski wafat ulama namun ilmu tetaplah eksis dengan segar disisi para penuntut ilmu, namun jika ulama tidak ditemui oleh para penuntut ilmu niscaya ilmu akan lenyap ).
Perkara ketiga, jika ilmu tidak ditimba dari pemiliknya nicsaya ia akan diangkat dari muka bumi, jika tidak ditimba dari mereka kemudian mereka wafat berarti terangkatlah ilmu dari tengah – tengah mereka dan ketika itu keberadaan kitab – kitab tidak lagi berguna. Sisi penjelasan bahwa keberadaan ilmu akan dicabut dengan wafatnya ulama adalah ketidak adaan nabi sepeninggal nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasallam sementara ulama merupakan kholifah beliau didalam menjabarkan kebenaran sebab mereka adalah para pewaris nabi sehingga jika mereka wafat kemudian ditengah – tengah masyarakat tidak terdapati seorang alimpun maka siapakah yang akan menjabarkan urusan agama kepada mereka ?. Adapun umat – umat terdahulu maka nabi – nabi merekalah yang mengurus urusan mereka yaitu akan datang nabi setiap ada nabi yang wafat.
Perkara keempat, bahwa dengan dicabutnya ilmu maka akan meluas kejahilan, berbagai fitnah dan pembunuhan sebagaimana hal ini disebutkan dalam shohih Al Bukhoriy – Muslim dari Abu Huroiroh dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ يقبض العلم ويظهر الجهل والفتن ويكثر الهرج } قيل : يا رسول الله وما الهرج ؟ فقال : { هكذا بيده فحرفها كأنه يريد القتل } .

Artinya : { ilmu akan dicabut, kejahilan akan meluas demikian pula berbagai fitnah dan al harj akan meraja lela } ada yang bertanya : wahai rosululloh apakah itu al harj ? maka beliau mengisyaratkan dengan tangannya seolah beliau inginkan dengan al harj adalah pembunuhan.
Perkara kelima, bahwa seseorang membutuhkan ilmu jauh lebih banyak dibandingkan kebutuhan yang selainnya. Syaikh Ibnu Utsaimin berkata : ( seorang murid butuh kepada seorang ustadz dari sisi ilmiyyah maupun amaliyyah oleh sebab itu wajib atasnya untuk benar – benar serius didalam memilih para ustadz yang dikenal akan keilmuannya, dikenal akan amanahnya dan kesholihannya serta dikenal akan kelurusan manhaj dan kelurusan niat sehingga dia dapat menimba ilmu dari mereka juga menimba manhaj mereka ).
Perkara keenam, bahwa kekeliruan didalam perkara ini akan menjadi sebab bahaya yang sangatlah besar serta kerusakan yang fatal. Syaikh Sholih al Fauzan berkata : ( adapun para ahli bid’ah dan pengusung pemikiran yang merusak maka wajib atas para pemuda untuk menjauhi mereka sebab golongan tersebut akan berbuat kejelekan terhadap mereka, akan menanamkan dalam diri mereka berbagai aqidah yang rusak, berbagai bid’ah dan khurofat, dan sebab seorang pendidik memiliki pengaruh yang kuat bagi pelajar sehingga seorang pendidik yang sesat akan menjadi sebab menyimpangnya para pemuda, sedang seorang pendidik yang mustaqim niscaya para pemuda dan penuntut ilmu akan lurus pula melalui tangannya. Jadi, seorang pendidik punya peranan yang besar sehingga jangan kalian bermudah – mudahan dalam perkara – perkara semisal ini ).
Berikut adalah dampak – dampak buruk dari tidak merujuk kepada ulama :
Bahwa tidak merujuk kepada ulama serta tidak ditimbanya ilmu dari mereka akan berdampak dicabutnya ilmu.
Diantara perkara yang berdampak dicabutnya ilmu adalah tuduhan kepada ulama robaniyyin dengan tuduhan – tuduhan batil seperti ucapan ( mereka adalah ulama haid, ulama nifas, mereka adalah para pegawai, mereka hanyalah para peneliti, mereka adalah keledai penguasa dan para pegawai pemerintah ) tujuannya adalah untuk menjauhkan masyarakat dari ulamanya sehingga masyarakat tidak akan merujuk kepada mereka. Diwaktu yang sama, mereka menggelari ulama yang jelek serta pengusung bid’ah dengan berbagai gelaran menarik. Realita ini merupakan bukti dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya dari Abu Huroiroh berkata bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدَّق فيها الكاذب ويكذَّب فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخوَّن فيها الأمين وينطق فيها رويبضة } قيل : وما رويبضة ؟ قال : { الرجل التافه يتكلم في أمر العامة }

Artinya : { akan datang atas manusia tahun – tahun yang menipu dimana akan dinilai jujur seorang pendusta, akan dinalai dusta seorang yang jujur dan akan diberi amanah seorang penghianat, akan dinilai berhianat seorang yang terpercaya dan ruwaibidhohpun akan angkat bicara } seseorang bertanya : apakah itu ruwaibidhoh ? beliau bersabda : { seorang dungu yang angkat bicara tentang urusan banyak orang }.
Maka ulama robaniyyin yang amanah mereka tuduh dan mereka tolak pendapatnya sedang ulama yang busuk lagi pengusung bid’ah maka mereka percayai dan mereka nilai jujur. Seorang yang jahil yang tidak cakap ilmupun_meski ia berpenampilan alim_ akan angkat bicara tentang perkara umat, tentang halal dan haram maka dia inilah ruwaibidhoh !.
Syaikh Sholih al Fauzan berkata : ( dicabutnya ilmu tiada lain terjadi dengan wafatnya ulama, itulah yang telah diberitakan oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dengan sabdanya : { sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu secara serta merta dari dada para lelaki akan tetapi Dia mencabutnya adalah dengan diwafatkannya ulama sehingga jika Dia tidak menyisakan lagi seorang alimpun maka manusia akan mengangkat orang – orang bodoh sebagai pemimpin, mereka akan ditanya dan akan berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan } demi Alloh ! inilah realita yang terjadi dimasa ini, dimana sekarang para pemimpin dari kalangan orang – orang jahil angkat bicara tentang hukum – hukum syareat, mereka menggerakkan masyarakat, mereka memberikan ceramah – ceramah serta menyampaikan khutbah – khutbah sementara mereka tidaklah memiliki ilmu dan fikih sedikitpun, tiada lain yang mereka miliki hanyalah profokasi dan kekacauan, mereka serukan bahwa orang itu berkata demikian, yang orang itu berkata demikian, yaitu mereka menyibukkan masyarakat dengan berita – berita nukilan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Fenomena ini adalah bukti akan apa yang telah diberitakan oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam yaitu mereka mengangkat orang – orang jahil sebagai pemimpin, yang lebih disayangkan mereka ini disebut – sebut oleh orang sebagai ulama, laa haula walaa quwwata illa billah pada kondisi yang jika engkau tanyakan kepadanya akan sebuah hukum dari kejadian yang terjadi atau akan sebuah hukum syariat niscaya benar – benar ia tidak akan sanggup memberikan jawaban yang benar sebab ia akan berkomentar : ini bukan ilmu, ilmu itu tidak lain adalah wawasan politik atau fikih realita, mereka terhalangi dari ilmu _wal ‘iyadzu billah ! kita memohon keselematan kepada Alloh ).
Sesungguhnya mengucilkan diri dari ulama adalah sebab utama untuk terjatuh kedalam pemikiran – pemikiran yang menyimpang serta terjerumus bergabung kepada kelompok sesat yang bermuatan paham khowarij. Syaikh Sholih al Fauzan berkata : ( adalah khowarij, tatkala mereka mengucilkan diri dari majelis – majelis ilmunya ulama, mereka mencukupkan diri dengan pemahaman dangkal mereka maka merekapun tersesat lagi menyesatkan, mereka mengkafirkan orang – orang terbaik umat ini, mereka halalkan darah orang – orang tersebut, merekapun menjadi catatan merah dalam sejarah perjalanan islam, mereka tidaklah meraih kebaikan apapun. Sementara sekarang muncul menempuh jalan mereka beberapa kelompok dari kalangan pemuda – pemuda ingusan, para pemilik akal yang dungu, kalangan yang mengembalikan sejarah kelam khowarij. Bukti nyata terkuat bagi kita akan hal tersebut adalah apa yang kita saksikan sekarang berupa kelompok – kelompok yang menjauh dari majelis – majelis ulama dan bangku – bangku pendidikan, mereka percaya diri dengan kelompok mereka sendiri, merasa cukup dengan pemahaman kelompoknya yang menyimpang yang tidak dibangun diatas pondasi keilmuan ataupun diatas kaedah – kaedah fikih, ia juga tidak memiliki tempat menetap yang dimaklumi. Hal tersebut mengundang dampak buruk atas diri mereka dan atas umat ini sehingga menjadi bahan celaan bagi islam dan umat islam ).
Aku nyatakan : sungguh tepat nan indah apa yang beliau hafidzohulloh ucapkan. Inilah At Thobroniy beliau menyebutkan dalam Al Mu’jam Al Ausath dari Abu Huroiroh bahwa rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ سيأتي على أمتي زمان يكثر فيها القراء ويقل فيها الفقهاء ويقبض العلم ويكثر الهرج } قالوا : وما الهرج ؟ قال : { القتل بينكم ثم يأتي بعد ذلك زمان يقرأ القرآن رجال لا يجاوزون تراقيهم ثم يأتي زمان يجادل المنافق المشرك المؤمنَ }

Artinya : { akan datang satu zaman atas umatku dimana didapati banyak para pembaca namun sedikit para fuqoha dan ilmu akan dicabut serta merajalela al harj } para sahabat bertanya : apakah itu al harj ? beliau bersabda : { pembunuhan diantara kalian kemudian akan datang zaman sesudahnya orang – orang yang membaca al Qur’an namun bacaan mereka tidak melewati kerongkongan kemudian datang dizaman berikutnya orang munafik lagi musyrik mendebat orang mukmin }.
Mungkin ada pembaca yang bertanya : apakah makna “ para pemimpin yang jahil ” dalam sabda Nabi sholallohu ‘alaih wasallam diatas ?
Jawaban atas pertanyaan penting diatas adalah : siapa saja yang berbicara urusan agama ini tanpa ilmu meskipun dia adalah seorang khotib yang handal atau pengusung berbagai gelar akademik atau sastrawan yang ulung, namun jika ia berbicara dalam urusan agama ini tanpa ilmu maka dia adalah jahil.
Syaikh Sholih al Fauzan berkata : ( haram menimba ilmu dari orang – orang jahil meskipun dia pura – pura berilmu ! ).
Maka barang siapa yang berbicara pada sebuah urusan sementara ia tidak mengetahui hukum perkara tersebut berarti dia adalah jahil meskipun dia memiliki sedikit ilmu atau mengusung gelar – gelar akademik sebab para pemimpin yang jahil mereka angkat bicara tanpa ilmu. Inilah yang disebutkan dalam hadis tersebut yaitu : { mereka akan ditanya lalu mereka berfatwa tanpa ilmu maka mereka sesat lagi menyesatkan }.
Abu Dawud menyebutkan didalam sunannya dari Jabir berkata : kami keluar dalam perjalanan kemudian salah satu dari kami tertimpa batu dan melukai kepalanya, orang tersebut kemudian mengalami mimpi basah maka iapun bertanya kepada para kawannya : apakah kalian menemukan ada keringanan bagiku untuk aku bertayamum saja ? kawan – kawannya berkata : kami tidak berpendapat adanya keringanan bagimu sementara engkau mampu mandi, maka orang itupun mandi hingga kemudian meninggal. Tatkala mereka bertemu dengan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam mereka mengungkapkan kejadian tersebut maka beliau bersabda : { kawan – kawannyalah yang telah membunuhnya, semoga Alloh membinasakan mereka ! duhai seandainya kalian mau bertanya dikala kalian tidak mengetahui ilmunya sebab obat dari kejahilan tiada lain adalah bertanya }. Perhatikanlah ! beliau menyatakan : { duhai seandainya kalian mau bertanya dikala kalian tidak mengetahui ilmunya }. Syaikh Ibnul Utsaimin berkata : ( buku – buku saku sangatlah bertebaran namun banyak pula yang berupa tulisan dari penulis – penulis yang tidak dikenal, tidak dikenal sejarahnya dalam menuntut ilmu tidak pula sejarahnya dalam wawasan fikih. Akhirnya dikala isi buku – buku saku tersebut menyelisihi kebenaran maka akan mencul bahaya melanda umat ini. Oleh karenanya aku nasehatkan agar jangan menimba ilmu dari buku – buku saku semisal itu kecuali jika penulisnya dikenali dari kalangan ulama terpercaya baik sisi ilmu maupun kesholihannya sehingga pembaca tidak jatuh dalam kesesatan. Terlebih lagi sebagian salaf telah bertutur : sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka telitilah dari siapa kalian mengambil agamanya ).
Termasuk dalam barisan orang – orang jahil adalah para penebar kisah bernuansa nasehat juga para khotib dan penceramah hingga tak sedikit dari para pengusung gelar doctoral juga orang – orang yang baru taubat dari kefasikannya serta para mu’allaf yang baru masuk islam yaitu jika mereka tidak memiliki ilmu syar’iy.
Sebagaimana pula nabi kita sholallohu ‘alaihi wasallam memperingatkan kita dari pengekor hawa nafsu dan ahli bid’ah. Hal ini disebutkan dalam hadis riwayat Al Bukhoriy – Muslim dari Aisyah berkata :

تلا النبي صلى الله عليه وسلم هذه الآية : (( هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب واخر متشابهات فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله )) قالت : قال النبي صلى الله عليه وسلم : { فإذا رأيت الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم }

Bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang artinya : (( Dialah dzat yang menurunkan kepadamu al kitab yang diantara isinya terdapat ayat – ayat muhkamat, ayat – ayat tersebut sebagai induk al kitab dan ayat – ayat mutasyabihat, sehingga adapun orang – orang yang dihatinya terdapat penyakit syubuhat niscaya dia akan mengikuti ayat – ayat mutasyabihat dalam rangka mencari fitnah serta mencari ta’wilnya )) Aisyah berkata bahwa Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda : { jadi, jika engkau mendapati orang – orang yang mengikuti perkara yang mutasyabih dari al kitab maka ketahuilah, mereka itulah yang disebut oleh Alloh dan berhati – hatilah dari mereka ! }.
Juga Al Khothib didalam Al Faqih menyebutkan dari Abu Umayyah al Jumahiy dari rosulullloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

{ من أشراط الساعة أن يلتمس العلم عند الأصاغر }
Artinya : { diantara tanda – tanda kiyamat adalah ilmu dicari disisi para ashoghir }
Berkata Ibnul Mubarok : ( para ashoghir diantara mereka adalah ahli bid’ah ).
Berkata pula Ibnu Abdul Barr : ( para fuqoha dan ahli atsar dari semua negeri telah dari bersepakat bahwa ahli kalam mereka adalah ahli bida’ dan menyimpang, mereka menurut seluruh ulama tidaklah dinilai sebagai orang – orang yang masuk barisan fuqoha ditingkatan manapun. Akan tetapi ulama mereka hanyalah ahli atsar serta ahli fiqh terhadap atsar, ulama bertingkat – tingkat didalam kuatnya hapalan, kuat memilah dan kuatnya pemahaman ).
Syaikh Sholih al Fauzan berkata : ( tidaklah dibolehkan menimba ilmu dari orang – orang yang menyimpang akidahnya dengan kesyirikan atau pengingkaran nama dan sifat Alloh, tidak pula dibolehkan menimba ilmu dari ahli bid’ah serta orang – orang yang menyimpang meskipun mereka disebut – sebut sebagai ulama ).
Masuk dalam barisan ahli bida’ dan pengekor hawa nafsu adalah para pemikir, para pakar fikih waqi’ dan para dai reformasi yaitu jika mereka tidak mengikuti al Qur’an, as Sunnah dan faham salafus sholih.
Demikian halnya tidak boleh ilmu dipelajari dari para fasik yang mereka mencukur jenggot – jenggotnya, berikhtilat dengan para wanita, berpakaian isbal atau menyimak nyanyian dsb dari berbagai kemaksiatan. Berkata syaikh Sholih al Fauzan : ( janganlah engkau menimba agamamu melainkan dari seorang alim yang bertakwa, Alloh berfirman yang artinya : (( yang takut kepada Alloh hanyalah para hambaNya yang berilmu )) ambillah ilmu dari ulama yang memiliki rasa takut kepada Alloh dengan dua syarat yaitu alim dan memiliki rasa takut kepada Alloh, jika dia alim namun tidak memiliki rasa takut kepadaNya maka jangan engkau ambil ilmu darinya demikian juga jika dia memiliki rasa takut namun bukan alim jangan engkau ambil ilmu darinya ).
Inilah akhir dari pemaparan ringkas terhadap hadis agung diatas yang aku ingin aku sampaikan meski sebenarnya hadis tersebut masihlah terkandung didalamnya fawaid yang luas, akhirnya kami sampaikan

وصلى الله على رسول الله وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله ربالعالمين .

Sumber : www.bayenahsalaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari