Rabu, 02 Juni 2010

SERIAL FAWAID USHULIYAH II

KAJIAN HADIS KE 3
HUKUM ADZAN

عن عمرو بن سلمة رضي الله عنهما قال قال أبـي : جئتكم من عند النبي صلى الله عليه وسلم حقًا ، فقال : { إذا حضرت الصلاة فليؤذن أحدكم } الحديث

Kajian terhadap hadis diatas dari dua sisi :
Sisi Pertama, derajat keshohihan hadis. Kajian ini dikedepankan pada pengkajian hadis berdasar kaedah ( istimbat hukum adalah cabang dari penetapan keshohihan dalil ) dan ( asalnya ibadah itu dilarang sehingga didapati dalil ).
Hadis diatas diriwayatkan oleh al Bukhoriy rohimahulloh dari jalan Hamad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Amr bin Salimah berkata : dst. Sanad tersebut adalah shohih para perowinya adalah orang – orang yang terpercaya baik kesholihannya maupun hapalannya dan juga bersambung maka ia merupakan hadis shohih berdasar kaedah ( hadis shohih adalah yang diriwayatkan secara bersambung oleh para perowi yang terpercaya baik kesholihannya maupun hapalannya ) terlebih lagi ia ditakhrij oleh imam al Bukhoriy dalam kitab shohihnya, kitab yang diterima keshohihannya oleh para ulama secara turun temurun dengan kesepakatan dari mereka yang oleh kaedah dinyatakan ( kesepakatan ulama umat ini adalah hujjah ) sebab ( umat ini tidak akan bersepakat diatas kekeliruan ).
Sisi Kedua dari kajian hadis diatas adalah istimbat beberapa hukum darinya setelah dipastikan akan keshohihannya yaitu sbb :
1. Hadis diatas adalah dalil diterima dan diamalkannya hadis ahad, hukum ini diambil dari persetujuan Nabi atas amalan para sahabat berdasar berita ayah Amr bin Salimah { جئتكم من عند النبي صلى الله عليه وسلم } yaitu ayah Amr sendirian dalam menyampaikan berita, hal ini berdasar kaedah ( syari’ tidak akan mandiamkan kemungkaran yang harus diingkari ).
2. Hadis diatas adalah dalil akan wajibnya adzan. Hukum ini diambil dari sabdanya { فليؤذن } sisi pendalilannya pada perintah untuk adzan yang dalam kaedah dinyatakan ( perintah asalnya berfaidah wajib ).
3. Hadis diatas adalah dalil bahwa wajibnya adzan adalah secara kifayah yaitu ( jika telah dikerjakan oleh sebagian jamaah yang memenuhi gugurnya tuntutan wajib maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya dari jamaah tersebut ). Hukum ini diambil dari { فليؤذن أحدكم } sisi pendalilan wajib telah disebutkan sebelumnya sedang sisi pendalilan kifayah pada { salah satu dari kalian } yang dalam kaedah bahasa sebagai fa’il [ pelaku adzan] yaitu pelaku kewajiban adzan adalah salah satu dari kalian, hal ini sesuai kaedah ( bahasa Arab dan kaedahnya adalah diterima dalam penafsiran syareat ).
4. Hadis diatas dijadikan dalil bahwa kewajiban adzan juga dibebankan atas seorang yang tinggal terpencil sendiri tanpa jamaah, hukum ini diambil dari { إذا حضرت الصلاة فليؤذن } sisi pendalilan wajib telah disebutkan sebelumnya sedang sisi pendalilan atas seorang yang tinggal terpencil tanpa jamaah adalah bahwa kalimat diatas merupakan susunan fi’il syart dan jawab syart sehingga berdasar kaedah ( jawab syart adalah hak syart yang selalu berkait ) maka adzan adalah hak waktu artinya kapan datang waktu sholat atas jamaah atau sendiri maka wajib didatangkan adzan. Namun jika kita mentelaah hadis – hadis adzan kita mendapati hadis dari Abu Sa’id al Khudzriy dengan lafadz sbb :

عن عبد الله بن أبي صعصعة أن أبا سعيد الخذري رضي الله عنه قال له : { إنـي أراك تحب الغنم والبادية فإذا كنت في غنمك أو باديتك فأذنت للصلاة } الحديث في آخره قال أبو سعيد : سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم

Hadis diatas diriwayatkan oleh al Bukhoriy dalam shohihnya sehingga ia adalah hadis shohih sebagaimana telah disebutkan penetapan keshohihan hadis – hadis dalam shohih al Bukhoriy. Hadis tersebut lafadznya adalah berita motivasi bagi yang tinggal terpencil sendirian tanpa jamaah untuk mengumandangkan adzan untuk sholat sedangkan berdasar kaedah ( berita motivasi maksimalnya menunjukkan istihbab [disukai] bukan wajib ) sehingga berdasar kaedah ( perintah pada asalnya berfaidah wajib kecuali ada yang memalingkannya dari wajib ) yaitu hadis Amr bin Salimah berupa perintah dan hadis Abu Said berupa berita motivasi sehingga ia memalingkan faidah wajib kepada faedah mustahab bukan wajib. Kesimpulannya : hukum adzan bagi seorang yang tinggal terpencil sendirian tanpa jamaah adalah sunnah bukan wajib.
5. Hadis diatas adalah dalil bahwa adzan yang diterima secara syar’iy adalah adzan ketika sudah masuk waktu sholat wajib yang lima. Hukum ini diambil dari { إذا حضرت الصلاة فليؤذن } sisi pendalilannya bahwa ini merupakan kalimat susunan syart dan jawab syart yang didalam kaedah dinyatakan ( jawab syart adalah hak syart yang selalu berkait ) artinya adzan yang diperintahkan oleh syari’ adalah hak waktu sholat jika dikerjakan diluar waktu maka tidak teranggap. Adapun pembatasan pada sholat yang lima diambil dari { الـ } yang bermakna al ‘ahd [tercatat / dimaklumi] pada kata { الصلاة } yaitu sholat yang dimaklumi oleh para sahabat secara syar’iy yang tidak lain adalah sholat yang lima.
6. Hadis diatas adalah dalil tertolaknya adzan diluar waktu sholat yang lima seperti adzan jenazah, ied, gerhana dsb. Hukum ini diambil dari mafhum hukum no 5 diatas yang berdasar kaedah ( mafhum mukholafah adalah hujjah didalam menetapkan hukum ).

والله أعلم وصلى الله على محمد وآله وسلم والحمد لله .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENARA SUNNAH KHATULISTIWA

Artikel-artikel islam ilmiyah dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Arab, Insya Allah diasuh oleh Abu Unaisah Jabir bin Tunari